Semarang, Harian Jateng – Pembelajaran berbasis lingkungan di Sekolah Dasar (SD) harus sering dilakukan guru SD agar peserta didiknya tidak bosan di dalam kelas. Meskipun sudah ada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, namun mengajak anak-anak belajar di luar kelas sangat lah penting.
Menurut Dian Marta Wijayanti, Direktur Utama Smarta School Semarang yang juga guru SD Negeri Sampangan 1 UPTD Gajahmungkur Kota Semarang tersebut, kebutuhan dasar anak adalah belajar dan bermain, bisa juga bermain sambil belajar. Maka semuanya harus seimbang dan harus adil. Guru harus mampu menyeimbangkan kedua kebutuhan dasar anak.
“Kalau anak-anak SD di kelas terus, pasti bosan, jenuh dan mengeluh. Maka sekali-kali, bahkan kalau bisa seminggu sekali perlu diajak belajar di luar kelas,” ujar dia, Sabtu (24/5/2015) di Semarang.
Dian yang juga asesor EGRA USAID Prioritas Jawa Tengah tersebut mengatakan, sebenarnya guru SD pasti tahu kebutuhan murid-muridnya. Tapi kadang banyak yang malas untuk sekadar mengajak anak-anak bermain atau belajar di luar kelas.
“Dengan memberi tugas, pasti anak-anak senang, apalagi tugas tersebut sangat dekat dengan mereka yang pasti ada unsur edukasinya,” jelas penulis buku Siapkah Saya Menjadi Guru SD Revolusioner tersebut.
Selama ini, banyak guru yang menciptakan berbagai metode, strategi, model, pendekatan pembelajaran. Namun praktiknya ternyata menurut Dian susah kalau tidak diniati serius. Harus ada konsistensi dalam melakukan inovasi di dalam pendidikan, terutama di lingkup SD atau MI.
“Kalau hanya menulis PTK dan jurnal saya kira semua guru bisa, namun implementasi yang konsisten itu yang sulit, salah satunya pembelajaran berbasis lingkungan di tingkat SD dan MI,” jelas perempuan kelahiran Blora itu.
Kebutuhan dasar anak, kata Dian, kan tidak hanya melulu belajar di ruangan yang tiap hari dimasuki. “Tiap SD pasti memiliki halaman dan pekarangan atau pun kebuh. Di situ lah, anak-anak diajak belajar menanam, misalnya, kemudian kita memberi tugas mereka untuk menulis nama latin, jenis tumbuhan dan cara merawatnya. Seperti ini kan simpel, namun anak akan mudah nyambung dan materi diserap, karena bagi mereka sangat menyenangkan,” tukas dia.
Kalau tidak diajak keluar, ujar dia, dan anak-anak keluarnya hanya pas jam istirahat atau jam olahraga, maka akan membuat mereka jenuh. “Pembelajaran berbasis lingkungan ini memang mengajak anak lebih dekat dengan lingkungannya. Mereka diajak cinta lingkungan, yang puncaknya nanti akan menumbuhkan cinta kepada alam yang lebih luas,” pungkas dia. (Red-HJ45/Foto: Harian Jateng).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini