Semarang, Harian Jateng – Buku Tragedi Incest Adam dan Hawa & Nabi Kriminal sangat kontroversial. Buku yang ditulis Ahmad Fauzi, penggagas Samarra College tersebut sudah dicetak ribuan jilid tersebut sudah dibaca banyak kalangan. Sebelumnya, pria kelahiran Semarang 11 Juli 1979 tersebut sudah menulis buku yang kontroversial pula, yaitu berjudul Agama Skizofrenia; Delusi, Ketidaksadaran dan Asal-usul Agama serta Agama Skizofrenia; Kegilaan, Wahyu dan Kenabian yang pernah digugat oleh MUI Jawa Tengah.
Menurut Fauzi, saat ditemui Harian Jateng di Semarang Minggu (31/5/2015), kemarin, mengatakan bahwa ada yang berbeda dalam buku yang diterbitkan Gubug Saloka tersebut. Selama ini, kata Fauzi, yang dipahami kebanyakan orang yang incest atau inses adalah anak-anaknya Adam. Akan tetapi, Fauzi menulis buku tersebut bahwa yang inses adalah Adam dan Hawa sendiri. “Yang inses itu bukan hanya anak-anaknya Adam, namun Adam dan Hawa sendiri itu inses,” ujar dia.
Secara ilmiah, kita bisa memaknai bahwa inses adalah hubungan seksual atau perkawinan antara dua orang yang bersaudara dekat yang dianggap melanggar adat, hukum, atau norma agama. Sedangkan dalam buku tersebut, Fauzi mengatakan secara tegas bahwa Adam dan Hawa itu melakukan inses.
Cerita Adam dan Hawa adalah Mitologis dan Manipulasi
Fauzi sendiri menegaskan, buku tersebut ia tulis dengan syahadat ilmiah, bahwa ia meyakini kisah Adam dan Hawa yang selama ini kita dengar dan kita pahami sebenarnya adalah cerita mitologis. “Meskipun bahan-bahannya diambil dari materi sejarah,” jelas Fauzi dalam bukunya.
Pikiran dasar dari cerita tersebut memang memiliki kebenaran sejarah, ada dalam latar ruang dan waktu, akan tetapi dipenuhi manipulasi dan distorsi. Maka, menurut Fauzi, terciptalah seni gado-gado yang faktual namun dibelokkan, dibumbui dan penuh plesetan simbolik.
Menipulasi mitologi, menurut dia, dari realitanya yang asli sering mengambil bentuk mellaui wujud simbolisme. Simbol-simbol membuat mitos memiliki jalan cerita yang aneh, misterius dan janggal. Akan tetapi, dengan menggunakan psikoanalisa dan piranti pengetahuan lainnya, kita akan mengertia bahwa simbil mitos ini memiliki kesamaan dengan simbolisme dalam mimpi yang terdistorsi.
Menurut Fauzi yang juga alumnus IAIN Walisongo Semarang (sekarang UIN Walisongo) tersebut, menyebarkan cerita Adam dan Hawa sebagai berita yang dikabarkan wahyu ketuhanan, jelas-jelas memiliki tendensi ideologis, di mana pengarangnya memanfaatkan legitimasi wahyu demi mendapatkan klaim kebenaran. Mitologi pada masa kenabian, masih merupakan cerita rakyat popular dan dianggap memiliki kebenaran dalam nalar kaum rakyat jelata.
Tentu celah ini menarik para nabi, untuk membungkus cerita mistis dengan pewahyuan, sehingga membantu mereka menebar kuasa dan dominasi. Melalui mitologi yang masih dipercayai oleh masyarakat awam, para nabi menyisipkan pesan dan misinya yang halus seperti sayap kupu-kupu yang mempesonakan orang yang melihatnya, karena keindahan dan magisnya. Membungkus risalah dan ajaran tertentu dengan simbil dan cerita mistis membuat nabi mendapatkan sukses dalam menancapkan pengaruh dan simpati.
Buku tersebut dinilai berbagai kalangan sangat kontroversial. Meskipun sudah dibedah di berbagai tempat, seperti di UIN Walisongo Semarang, IAIN Cirebon, namun banyak yang belum paham dan semakin bingung ketika membaca buku tersebut.
Fauzi mengatakan, pihaknya menulis buku tersebut menggunakan pendekatan pengetahuan dan riset yang panjang, jadi ia jamin apa saja yang ada dibuku tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan pihaknya tidak ngawur. Ia juga mengakui, beberapa tahun lalu ia digugat MUI Jateng karena bukunya diresensi salah serang peneliti dari Kemenag Kota Semarang.
Saat itu, resensinya dibaca MUI dan Fauzi dipanggil dan disidang karena dianggap menistakana agama dan Nabi Muhammad. Sebab, dalam buku yang ia tulis tersebut, Fauzi mengatakan bahwa Nabi Muhammad gila dan pengidap skizofrenia. (Red-HJ56/Foto: Harian Jateng).