![]() |
Abu Khoir. dok. |
Semarang, Harian Jateng – Berita ijazah palsu, dewasa ini menjadi topik menarik di Indonesia. Menanggapi hal itu, Abu Khoir SH, Ketua Bidang Advokasi LBH Fiat Justitia menilai bahwa ijazah palsu adalah kelalaian pemerintah. Menurut dia, hal itu membuktikan kebobrokan pendidikan nasional. “Fenomena ijazah palsu ini menurunkan martabat pendidikan nasional dan jati diri bangsa,” ujarnya, Senin (1/5/2015) di Semarang.
Menurut Abu saat ditemui di kantor LBH Fiat Justitia Jalan Talangsari III Bendan Duwur Semarang, mengatakan masyarakat harus cerdas menimbang dan memilih perguruan tinggi. “Memilih kampus itu penting sebelum kuliah. Soalnya, kampus saat ini sudah menjadi gaya hidup. Gelar saat ini sudah menjadi gaya hidup, kuliah itu gaya hidup,” ujar pria kelahiran Semarang tersebut.
Adanya kampus palsu, menurut Abu sangat lucu. Sebab, adanya perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, seharusnya jelas programnya, tujuannya, izinnya, legalitasnya, payung hukumnya, rektor dan dosennya. “Kalau masih ada kampus palsu, ya berarti pemerintah kecolongan dan lalai,” beber dia.
Temuan Kemenristek Dikti baru-baru ini memang mencengangkan. Sebab, ada sekitar 18 perguruan tinggi palsu yang menjual ijazah dan gelar dengan hanya kuliah 16 semester. Maka dari itu, bibit, bebet dan bobot kampus, ujar dia, harus jelas ketika Anda mau kuliah di perguruan tinggi.
“Memilih kampus itu ibarat memilih istri, jadi harus jelas riwatnya, kampus terdaftar di Kemenristek Dikti dan terakreditas atau tidak, itu harus jelas, jangan asal murah,” tegas Abu kepada Harian Jateng.
Saya yakin, kata dia, di Jawa Tengah ada dan bahkan banyak ijazah palsu. “Buktinya, banyak perkuliahan yang digelar kelas jauh, baik di sekolah-sekolah, balai desa, dan hotel. Saya pernah menemukan kasus, ada oknum yang secara terang-terangan menjual ijazah S1 seharga Rp. 16 juta,” terangnya.
Kalau yang menjual ijazah seharga Rp 16 juta itu, kata dia, mereka ya kuliah tapi tak seperti kampus-kampus pada umumnya. “Kuliahnya hanya formalitas, masak kuliah hanya empat orang dan tidak ada 160 SKS kok sudah wisuda sarjana, kan aneh,” tandas Abu.
Selama ini, penjualan ijazah palsu memang benar-benar akut. Bahkan, di dunia maya, banyak sekali situs ijazah palsu gratis, ijazah palsu murah, websiter jugal beli ijazah, banyak pula contoh ijazah palsu, ijazah palsu S1, ijazah aspal dan cara membuat ijazah palsu.
Banyaknya kampus di Indonesia yang berdiri, lanjut Abu, bukan menjadi solusi atas problematika bangsa. “Soalnya saya ini pendidikan itu sudah jadi bisnis. Banyaknya kampus bukan menjadi indikasi kemajuan pendidikan, namun menunjukkan bobroknya pendidikan, karena lemahnya pengawasan,” terang dia. Pasalnya, menurut Abu, adanya kampus di Indonesia bukan mencerdaskan bangsa, namun justru hanya keuntungan ekonomi yang dinikmati segelintir orang saja.
Lemahnya Pengawasan
Lemahnya pengawasan, menurut Abu, menjadika banyak oknum menjual ijazah palsu. “Tak hanya lemahnya pengawasan, adanya kongkalikong juga menjadi akar munculnya jual beli ijazah abal-abal ini,” tukas dia.
Saya kira, katanya, hal itu sudah menjadi rahasia umum. “Hal itu tak hanya kuliah S1, banyak ijazah palsu S2 dan S3 itu abal-abal. Mereka yang penting bayar dan dapat gelar,” bebernya.
Abu juga mengatakan, pemutusan mata rantai ijazah palsu menjadi tugas berat Kemenristek Dikti dan pemerintah. “Berbicara solusi, saya kira lebih pada mau tidaknya pemerintah dan pendidikan tinggi menindak tegas para oknum dan cukong jual beli ijazah,” jelas dia.
Ke depan, katanya, harus ada standardisasi dalam perkualiahan. “Di Jerman saja, tidak semua orang bisa kuliah. Di sana, meskipun orang kaya, tapi IQ nya tidak berkualitas, di sana tak kuliah. Tapi kan berbeda dengan di Indonesia, anak tukang sapu dan tukang bangunan saja bisa kuliah,” kata dia.
Dalam hal ini, kata dia, kami memberikan pencerahan melalui sosialisasi, advokasi agar masyarakat tidak tergoda membeli ijazah palsu. “Saya kira tidak hanya masyarakat saja, akan tetapi semua pejabat, dosen sekalipung, doktor, PNS, perlu dicek ijazahnya. Sebab, banyak di antara mereka yang ijazahnya palsu,” pungkas dia. (Red-HJ56/Foto: Harian Jateng).