FGS 2015: Prosesi pengambil air Tuk Sikopyah di Purbalingga.

Purbalingga, Harian Jateng  – Secara resmi, Festival Gunung Slamet 2015 memang menjadi agenda tersakral di Purbalingga, Jawa Tengah. Bahkan, agenda ini juga mempromosikan Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Indonesia sebagai salah satu provinsi yang kaya akan budaya dan tradisi lokal.

Secara resmi, sudah dibuka pada Festival Gunung Slamet 2015 telah dibuka pada Kamis (4/6/2015) kemarin, dan akan berakhir pada Sabtu (6/6/2015). Pembukaan Festival Gunung Slamet 2015 ini ditandai dengan pengambilan air dari tuk, yaitu suatu mata air Sikopyah yang disakralkan warga setempat. (Baca juga: Jadwal Festival Gunung Slamet 2015).

Festival Gunung Slamet (FGS) 2015 di Purbalingga ini, dipusatkan di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jateng. Pada pembukaan kemarin, ada sekitar empat puluh pemuda dan pemudi memakai baju adat yang sangat menarik. Mereka berangkat untuk mengambil air Tuk Sikopyah yang awalnya berkumpul di Masjid Dusun Kaliurip. Tak sendirian, pemberangkatan tersebut dikomando oleh Mayor ARM Sudarno Kepala Staf Kodim 0702 Purbalingga. Setelah sampai di Balai Desa, air tersebut diterima Ketua DPRD, Tongat.

Pada tahun 2015 ini, Festival Gunung Slamet menjadi salah satu agenda sakral bagi warga setempat dan umumnya di Jateng. Selain mengangkat potensi lokal, FGS 2015 juga menjadi kearifan lokal warga Purbalingga Jateng, apalagi ada air Tuk Sikopyah yang sangat dijaga para warga setempat.

Air Tuk Sikopyah menurut Kepala Desa Serang Sugito adalah air kehidupan bagi warga Desa Serang, juga Kutabawa dan juga warga Siwarak. Tak hanya mereka, air tersebut ternyata juga bisa dialirkan menuju ke wilayah Kabupaten Pemalang. Air Tuk Sikopyah menjadi salah satu mata air terbesar di lereng timur Gunung Slamet yang dijaga dan dirawat warga setempat, yaitu mata air panas Guci, mata air panas Baturaden dan mata air dingin Sikopyah di desa Serang.

Menurut Sugito, asal muasal nama Sikopyah dari legenda Haji Mustofa yang dulu diketahui tinggal di Padepokan Dukuh Kaji milik Ndara Subali yang diketahui suka bertapa di Tuk Sikopyah. “Tuk itu merupakan tempat mandi dari Haji Mustofa,” ungkap Sugito.

Sikopyah sendiri, kata Sugito, adalah dari kata kopyah, yang artinya adalah peci, songkok atau kupluk dalam bahasa Jawa. Menurut cerita warga setempat, dulu kopyah Haji Mustofa tersebut, tertinggal dan hilang di tempat pertapaanya. “Maka Haji Mustofa menamakan tempat tersebut sebagai Tuk Si Kopyah,” jelas dia.

Sudah lama dan seperti menjadi warisan leluhur, mata air Tuk Sikopyah dijaga warga setempat. Bahkan, air Tuk Sikopyah tersebut diyakini sebagai air kehidupan. Warga juga ada yang meyakini, bahwa ir dari tempat tersebut bisa menyembuhkan beberapa penyakit, termasuk penyakit kulit dan sebagainya.

Di sisi lain, air Tuk Sikopyah tersebut juga diyakini warga lebih mujarab daripada air panas Guci dan Baturaden. Lebih memukau lagi, warga setempat juga meyakini bahwa air ersebut bisa meninggikan derajat warga yang meminumnya. (Red-HJ35/Humas-Hardiyanto).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini