![]() |
SKENARIO: Guru sedang menyampaikan materi pada siswanya. |
Wonosobo, Harian Jateng – Bongkar pasang kurikulum dari 2006 berubah ke kurikulum 2013 sehingga kembali lagi ke kurikulum 2006 bisa membuat peserta didik trauma. Sebab, proses pembelajaran yang sempat menggunakan tematik akan berubah lagi menggunakan mata pelajaran. Untuk itu, skenario model guru dalam mengajar bisa menghilangkan trauma peserta didik.
“Bergantung bagaimana gurunya mensekenario karena dalam dunia pendidikan ada model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran. Tinggal peran gurunya dalam mengajar itulah yang akan menghilangkan rasa traumatik terhadap peserta didik,” terang Pengawas TK dan SD UPTD Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, Nur Rohmaji di kantornya.
Menurutnya, peralihan kurkulum 2013 ke 2006 tidak akan membuat peserta didik trauma. Ketika, pendekatan yang dilakukan guru dalam mengajar bisa memahamkan peserta didik. “Pada prinsipnya butuh skenario guru dalam pembelajaran,” terangnya.
Menurutnya, kaitannya dengan kur 2006 supaya tidak terjadi satu kekecewaan maka pahami kurikulum 2006. Kemudian, dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran pakem. “Danya di pembelajarannya kita minta untuk menerapkan metode pakem dengan pendekatan saientifik. Jadi biar esensi kur 2013 yang begitu bagus maka bagian-bagaian tertentu bisa diterapkan dalam skenario pembelajaran,” jelasnya.
Di samping itu, dalam penyusunan RPP juga harus disusun secara sistematik. Supaya, mampu memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam menyerap mata pelajaran yang disampaikan. “RPP harus disusun runtut, pra pembelajaran, inti dan penutup harus urut,” ungkap dia.
Pengamat Pendidikan Kabupaten Wonosobo, Najmu Tsaqif Ahda mengatakan, model pembelajaran memberikan manfaat byang besar bagi guru dan peserta didik. Karena, manfaat model pembelajaran akan mampu memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Sebab telah jelas langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap siswa, serta ketersediaan media yang ada.
“Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas siswa dalam pembelajaran. Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku siswa secara personal maupun kelompok dalam waktu relative singkat,” beber dia.
Selain itu, juga dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran siswa secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan). “Bahkan bagi guru bisa memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan kualitas pembelajaran,” jelasnya.
Menurut Ahda, manfaat model pembelajaran bagi peserta didik memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran serta mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi di kelompoknya secara objektif. (Red-HJ39/Foto: Jamil/Harian Jateng).