DUGDERAN: Beberapa pelajar SD antusias ikuti karnaval dugderan

Semarang, Harian Jateng – Secara resmi, Dugderan Semarang 2015 telah dimulai. Sesuai agenda dari panitia, Dugderan Semarang tahun 2015 ini dilaksanakan dua. Hari pertama adalah hari ini, Senin 15 Juni 2016 dan hari kedua adalah besuk Selasa 16 Juni 2015. Dari pantauan Harian Jateng, ribuan peserta berpartisipasi meramaikan karnaval Dugderan Semarang tahun 2015 ini. Mulai dari pelajar TK, SD, SMP, SMA dan sederajat.

Mereka menggeruduk Lapangan Simpang Lima Semarang dengan semangat akan dataganya bulan suci Ramadan 1436 H. Secara simbolis, Dugderan Semarang 2015 dibuka oleh perwakilan dari Setda Kota Semarang dengan melepas balon ke angkasa. Acara tersebut sudah ramai sekitar pukul 06.40 WIB. Apalagi, semua sekolah di Kota Semarang diwajibkan mengikuti agenda rutin tersebut. Tiap sekolah, wajib mengirimkan minimal 20 delegasi dan membuat minatur seni sesuai dengan kreativitasnya sendiri.

Secara simbolis, acara akbar di Kota Semarang ini dibuka oleh Ayu Entys Asisten Administrasi Perekonomian, Pembangunan dan Kesra Setda Kota Semarang. Ia mengatakan dalam sambutannya, bahwa Dugderan adalah wujud rasa syukur menjelang datangnya bulan suci Ramadan.

Dalam sambutannya, Ayu juga menambahkan, sebenarnya Dugderan tidak sekadar ungkapan rasa syukur masyarakat menjelang bulan suci Ramadan, namun juga menjadi budaya khas Kota Semarang.

Pelepasan balon ke angkasa sebagai pembuka Dugderan

Budaya Semarang
Karnayal Dugderan Semarang 2015 ini memang menjadi kearifan tersendiri. Menurut Dian Marta Wijayanti, guru SD Negeri Sampangan 1 UPTD Gajahmungkur Kota Semarang yang juga mendampingi muridnya Dugderan tersebut, agenda menarik di Kota Semarang itu turut mengampanyekan seni dan budaya Semarang.

Di Jawa Tengah, kata dia, hanya Semarang yang rutin menggelar tradisi unik ini. Selain mengampanyekan seni budaya Jawa dan Islam, banyak juga peserta yang mengampanyekan seni budaya China dan juga Tionghoa. Menurut guru tersebut, festival menarik menjelang bulan Ramadan di Kota Semarang ini patut dilestarikan.

“Sejak anak-anak, kalau sudah ditanamkan cinta Semarangan, pasti mereka akan suka dengan budaya lokal,” beber dia kepada Harian Jateng, Senin pagi (15/6/2015) di Semarang.

Menurut dia, kata Dugderan mengandung banyak arti. “Setahu kami, kata dug itu berarti simbol beduk, kan menjelang Ramadan.” beber dia.

Sedangkan kata der, lanjut dia, dari simbol suara petasan. “Sedangkan akhiran an, ya itu sudah lazim digunakan masyarakat Jawa terutama Jawa Tengah sebagai simbol akhiran kata, atau penanda kegiatan,” jelas dia.

Dugderan Semarang tahun ini memang berbeda. Sebab, tidak ada panggung rakyat. Di sisi lain, Semarang juga masih dirundung duka dengan tragedi terbakarnya Pasar Johar beberapa waktu lalu. Akan tetapi, Dugderan yang digelar tiap tahun sebelum Ramadan tiba, masih dilaksanakan di Kota Semarang sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Bisa dipastikan, tahun depan, Kota Semarang akan menggelar lagi Dugderan Semarang 2016, Dugderan Semarang 2017 dan seterusnya. (Red-HJ49/Foto: Simua/Harian Jateng).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini