Oleh Ali Zaenul Sofan
Aktivis Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah

Pada abad ke 7 Islam mulai masuk ke Nusantara, sampai abad ke 15 islam mulai berkembang begitu pesat di Nusantara atas jasa para Walisongo yang berhasil mengasimilasi nilai kebudayaan jawa deng ajaran islam yang katanya “Gatok”. Walisongo begitu bijaksananya dalam meladeni proses islamisasi masyarakat pribumi yang tidak jauh dari metode kanjeng nabi Muhammad SAW, sehingga biji yang di tanam di tlatah nusantara ini membuahkan hasil dan keuntungan begitu luar biasa.

Peristiwa ini berlanjut sampai abad ke 20 dimana masyarakat islam nusantara ini mempunyai beberapa gerakan guna melawan penjajah kolinial, ya di promotori oleh beberapa tokoh besar seperti KH. Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, KH Agus Salim, dan sebagainya. Sampai yang bengitu melintas dalam benakku adalah seorang Pangeran Diponegoro yang begitu gigihnya melawan belanda, walaupun ia di tanggkap dan diasingkan, ternyata para pengikutnya terus melakukan perlawanan terhadap belanda sampai titik darah penghabisan.

Mulai masuk akhir abad 20 dan awal 21 Ummat islam mulai mengalami pergeseran, para ulama dan umaro’ saling bertentangan. Kalau urusan akhirat biayar ulama yang mengurusi, kalau urusan negara (dunia) biarkan umaro’ yang mengatasi. Kondisi ini lah yang membuwat bangsa indonesia hancur terpecah belah secara batiniah, artinya ummat islam gapang menunjuk ini yang salah masuk neraka, itu yang benar masuk surga. Padahal semua yang dari Allah akan kembali ke Allah. Kita tidak tahu nanti akan masuk surga atau neraka, itu hak prerogatifnya Allah.

Tetapi kita telah di berikan petunjuk oleh Allah untuk menemukannya, ini bukan urusan surga atau neraka, melainkan bagaimana caramu untuk melakukan perjumpaan dengan Tuhanmu dengan pedoman mulai dari Taurot, Zabur, Injil, sampai yang terakhir adalah Al-Quran. Hanya orang yang tidak bisa bersatu itu sebab, ia terlalu memikirkan hal yang sudah jelas abstrak dan tidak perlu di perdebatkan. Mengapa debat masalah Tuhan, kalau ternyata tuhan itu orang Banyuwangi, mengapa bahas wujud Nabi, kalai ternyata nabi itu orang madura. Kadang-kadang kita itu lupa kalau kita ini sedang lupa, bahkan kita gak tau kalau kita itu sedang lupa.

Bersatulah para santri-santri Nusantara, mintakanlah kepada Allah cahaya matahari guna menerangi kegelapan hati umat Islam Nusantara.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini