Oleh Ana Khoirul Waro SHI
Pecinta Sastra Tegal

“MERDEKA”, KATANYA.

Inilah Negeriku, Negeri “merdeka”, katanya.
Tujuh dasawarsa sudah diproklamirkan
Nyatanya masih banyak yang setiap malam resah
karena tak tahu besok mau makan apa?

Inilah Negeriku, Negeri “merdeka”, katanya.
Euforia tahunan selalu diselenggarakan dengan gegap gempita
Nyatanya setelah itu mereka kembali berlupa
Apa sesungguhnya makna merdeka?

Inilah Negeriku, Negeri “merdeka”, katanya.
Nyatanya pekarangan, sawah, yang sedianya hendak digunakan untuk bercocok tanam
ditikam makelar tanah untuk ditanami bangunan megah nan gagah
Dan kita dipaksa merelakannya.

Inilah Negeriku, Negeri “merdeka”, katanya.
Nyatanya untuk menikmati kemerdekaan pun
Acap kita dijegal kaum eksklusif berkantong tebal

Yang punya kuasa Melacurkan diri untuk memenuhi ambisi pribadi.
Yang punya kekuatan untuk melawan
Terbungkam lipatan amplop yang menggiurkan.
Cerita perjuangan pahlawan kemerdekaan
Hanyalah kenangan indah yang perlahan terlupakan.

Inilah Negeriku, Negeri “merdeka”, katanya.
Nyatanya kita masih harus berjuang
untuk benar-benar dikatakan merdeka.

Dirgahayu Negeriku. Semoga lekas sembuh.
__________________
Tegal, Agustus 2015

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini