Nganco di Pantai Banyutowo, Dukuhseti, Pati.

Dukuhseti, Harian Jateng – Bagi warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terutama warga Kecamatan Dukuhseti, menangkap ikan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satu adalah nganco. Tradisi nganco, sudah dilakukan warga Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti sejak dulu.

Selain menangkap ikan dengan jaring atau nelayan, juga memancing, mbanjur di tambak, atau nyuloh (menangkap kepiting di malam hari dengan baterai), nganco juga menjadi pekerjaan dan menjadi salah satu mata pencarian warga setempat.

Kasno, misalnya, ia sering nganco di Pantai Banyutowo Dukuhseti untuk kehidupan sehari-hari. Warga Dukuhseti tersebut mengakui, nganco memang bukan pekerjaan muda, karena membutuhkan tenaga, waktu dan juga kesabaran.

Baca juga: Inilah Keindahan Pantai Banyutowo Dukuhseti Pati.

“Ya ini caranya dipasang dulu dengan pringnya, kemudian pasang tali dan cari tempat yang agak mudah untuk ngencot (red-mengangkat) anco ini,” ujar dia di sela-sela mengangkat anconya di Pantai Banyutowo, Dukuhseti, Pati, Kamis (10/9/2015).

Cara menangkap ikan yang sering disebut warga setempat dengan sebutan “nganco” ini, merupakan salah satu cara yang sudah dilakukan warga setempat sejak dulu. Di Pati daerah lain seperti Juwana, Batangan, kemungkinan besar juga melakukan hal sama, yaitu nganco dengan cara menaruh anco atau alat yang terbuat dari bambu dan dibentuk seperti segi empat diberi jaring dan tali.

Menurut bapak dari tiga anak tersebut, warga Dukuhseti biasanya nganco di tambak. “Ya kalau punya tambak ya nganco ditambak, tapi kalau tak punya ya di sini,” papar dia.

Kasno juga menuturkan, nganco yang dilakukan warga Dukuhseti tidak hanya di Pantai Banyutowo, melainkan juga di beberapa lokasi. “Ya biasanya saya di sungai Lasdowo, tapi karena ini airnya surut, jadi mending di sini,” tukasnya.

Modal Kesabaran
Cara ini bisa dikatakan agak mudah daripada memancing. “Kalau mancing modalnya kan bawa pancing, sama umpan. Biasanya ya udang untuk kailnya. Tapi kalau nganco, paling ya bawa alat-alat ini, ember, saya seser untuk menangkap ikan saat anco ini diangkat ketika dapat,” jelas dia.

Modal nganco, menurut pria tersebut sangat murah. “Ya saya paling bawa minuman air sebotol aqua, sama nasi dari rumah, itu tok. Kalau modal inti ya kesabaran, soalnya kadang dapat banyak, kadang juga tidak nyarak (red-panen) kok,” imbuh dia.

Bagi kasno, nganco adalah pekerjaan halal daripada yang lain. “Soalnya saya juga tidak punya sawah, jadi ya golek rezeki ning laut,” bebernya.

Biasanya, kata dia, dapatnya ya ikan keting, blanak, udang, kadang juga dapat ikan payus, dan sebagainya.

Sebagain warga setempat, terutama Desa Banyutowo memang bergantung pada laut. Ada yang berpenghasilan dari nelayan, menjadi penjual ikan, membuat home industri pengolahan ikan, kepiting, rajungan, dan ada juga yang berpenghasilan dari tambak yang diprioritaskan mengembangkan ikan bandeng dan udang windu. (Red-HJ55/Foto: Harian Jateng).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini