Salah satu rambu lalu lintas di Kota Semarang

Semarang, Harian Jateng – Menurut Dian Sulistiani, pengamat transportasi Semarang, ada beberapa alasan orang melanggar lampu merah atau biasanya disebut “bangjo”. “Kebebasan seseorang dibatasi kebebasan orang lain. Jika setiap orang sadar akan hal itu, mungkin tak akan ada yang namanya melanggar lampu merah di jalanan,” ujar Dian, Selasa (15/9/2015).

Saya sangat berusaha untuk menaati rambu-rambu lalu lintas, kata dia, untuk berhenti sebelum garis batas ketika lampu merah. Namun kenyataannya, saya sering gagal. Kendaraan di belakang saya tak mau antre.

“Bahkan ada beberapa yang menyalakan klakson berulang-ulang, padahal jelas lampu merah menyala dan mereka ingin jalan lurus. Apa susahnya menaati hal kecil seperti lampu merah dan berhenti sebelum batas? Sopir bus umum yang kadang terlalu memaksakan diri untuk menerobos lampu merah pun sangat membahayakan diri pengendara lain,” beber dia.

Pengalaman siang tadi, kata dia, hampir membuat saya marah kepada sopir metromini yang memaksakan metromininya untuk menerobos lampu merah dari samping kiri saya.

“Hanya jarak kurang dari mungkin 10 cm dari kendaraan saya, sopir itu ngebut dan menerobos lampu merah seenaknya sendiri. Kalau saya gerak sedikit saja, saya tak tahu apa yang terjadi. Intinya, itu sangat membahayakan pengguna jalan lain,” ungkapnya dengan kesal.

Pernah saya mendapati seorang bapak dengan anaknya berusia anak-anak SD sepulang sekolah, lanjut dia, berhenti tepat di samping saya ketika lampu merah menyala. Beberapa kendaraan lain menerobos lampu merah dan sang anak menyaksikannya. Tiba-tiba sanga anak merengek kepada bapaknya untuk ikut menjalankan motornya.

“Dengan kata lain, itu artinya meminta bapaknya untuk ikut menerobos lampu merah. Saya hanya mengamatinya. Sang bapak pun memberi pengertian kepada anaknya bahwa lampu masih merah itu tandanya harus berhenti, dari arah lain ada kendaraan yang lewat,” imbuh dia.

Dalam hati, kata dia, saya terketuk hati, andai saja setiap orang tua memperhatikan hal-hal kecil seperti itu dan memberi contoh yang baik, mungkin anak-anak akan terbiasa dengan hal tersebut. (Red-HJ33/Foto: Harian Jateng).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini