Solo, Harianjateng.com – Kelompok Kajian Teater Tigakoma FKIP Universitas Muria Kudus (UMK) setelah berhasil mementaskan sebuah pertunjukan yang disutradarai M. Utomo Aji Putro (Aji Kojek) dengan lakon “RSJ (Rumah Sakit Jiwa)” pada bulan April 2018 yang lalu, dan akan melanjutkan pentas di Kota Solo.

Pentas Produksi ke-13 Teater Tigakoma di Solo kali ini akan dipentaskan pada hari Jumat (4/5) di Kampus Mesen – Aula Psikologi Universitas Negeri Solo yang beralamat di Jln. Jend. Urip Sumoharjo No. 110, Purwodiningratan, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah, acara ini bekerjasama dengan kelompok Laboratorium Seni Teater DeLIK Fakultas Hukum UNS.

Pimpinan Produksi, Helmi Aditia mengungkapkan, “pentas di kota Solo pada bulan Mei tahun ini masih dalam rangkaian kegiatan Pentas Produksi Teater Tigakoma tahun 2018. Setelah sukses dengan pelaksanaan pentas di kota Kudus, dalam pentas di kota Solo kali ini kami berharap dapat memberikan pertunjukan yang baik dan dapat memberikan tawaran bagi komunitas seni di kota Solo dan sekitarnya.”

“Dalam pertunjukan naskah RSJ ini membahas tentang kegilaan dalam kekuasaan yang semakin menjadi-jadi. Dapat dilihat juga dengan mengangkat naskah karya Nano Riantiarno, seniman teater ternama Indonesia yang juga bergiat dalam kelompok Teater KOMA Jakarta, bahwa potret kekuasaan memang masih saja membuat kondisi orang yang terlibat di dalamnya dapat dengan mudah saling menjatuhkan, susah menerima kritikan yang ada, dan terlalu berlebihan dalam upaya licik dan curang untuk mempertahankan kelanggengan kekuasaan tersebut. Berawal dari permasalaha itu, naskah yang untuk pertama kali diketik pada tahun 1991 kemudian dipentaskan pertama kali oleh Teater Koma pada 1992 ini terbukti masih relevan dan mampu mencerminkan potret perkembangan masyarakat pada saat ini. Gambaran perihal ketidakwarasan manusia yang semakin menjadi-jadi,” tambah Aji Kojek, sutradara pentas RSJ.

Untuk cerita yang dibangun dalam naskah RSJ ini, mengisahkan tentang seorang dokter baru bernama Rogusta di sebuah RSJ yang telah beroperasi selama kurang lebih 27 tahun dengan menerapkan model-model terapi yang sangat tidak manusiawi. Dia berusaha mencegah perlakuan yang menimbulkan rasa takut dan justru membikin pasien tidak stabil juga kegilaan menjadi semakin lengkap. Akan tetapi, Profesor Dr. Sidarita, sang Direktur RSJ, curiga dan merasa kekuasaannya sedang terancam oleh kritikan dr. Rogusta. Dua asisten senior Sidarita, dr. Murdiwati dan drh. Tunggul, juga merasa disaingi oleh Rogusta, lantas mereka merancang siasat agar Rogusta tersingkir. Dalam lakon ini juga disebutkan cerita tentang kekuasaan dan fenomena sakit jiwa yang dikondisikan. Juga cerita tentang Nyonya Masinah, pemilik yayasan RSJ dan kisah perlawanan Rogusta menghadapi sistem RSJ yang sudah sangat mapan dan tertata.

Dalam proses penggarapan naskah RSJ ini juga mendapat dukungan dan apresiasi dari pihak Teater KOMA Jakarta, setelah sebelumnya telah melakukan komunikasi untuk mendapatkan izin dalam proses penggarapan naskah tersebut. Melalui Ratna Riantiarno, selaku mewakili pihak Teater KOMA mengatakan bahwa ketika Teater Tigakoma Kudus memilih naskah RSJ dalam pentas produksi kali ini merupakan suatu pilihan yang menarik dikarenakan naskah tersebut merupakan naskah yang terbit sudah cukup lama sehingga ketika Teater Tigakoma yang memilih untuk mementaskannya akan ada suatu tantangan tersendiri dan ada harapan mampu menghadirkan kejutan di dalamnya.

Dengan dukungan penuh dari Bakti Budaya Djarum Foundation pada pentas produksi Teater Tigakoma ini diharapkan mampu terus memacu kreativitas dari seluruh anggota Teater Tigakoma yang terlibat. Selain itu, dengan semakin rutin dan baiknya pertunjukan seni yang diadakan dapat membentuk masyarakat yang sadar dengan apresiasi karya seni. Terlebih lagi, jika pementasan di kota Solo ini mampu memuaskan penonton yang hadir dan memberikan pesan yang dapat dibawa pulang penonton untuk diajak saling melakukan perenungan.

Red-HJ99/Aris

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini