Semarang, Harianjateng.com– Genap 20 tahun sudah aksi reformasi yang saat itu membawa perubahan tatanan terhadap pemerintahan, puncaknya terjadi pada 21 Mei 1998. Berbagai aksi di tingkat nasional maupun daerah digalakkan, tak terkecuali aksi mahasiswa di Semarang. Tidak hanya berhenti pada tahun itu saja, namun sampai saat ini spirit reformasi masih terus bergelora dan diperjuangkan lewat berbagai kebijakan.

Hal itulah yang disampaikan oleh Ferry Firmawan kepada rekan media usai berbuka puasa bersama, dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-41 tahun dan reuni dengan mantan aktivis reformasi 1998, Selasa (22/05/2018) bertempat di Louis Kienne Hotel Pandanaran Lantai 6,  Semarang, Jawa Tengah.

Acara itu dihadiri oleh para Pimpinan Media Cetak dan Online, Pimpinan Organisasi Kepemudaan (OKP), Ormas, tokoh pergerakan Ardas Patra (Undip/Praktisi Ekonomi Pembangunan), Bambang Eko P (Untag/Ketum Pemuda Pancasila Jawa Tengah), Nanang S Darmadi (Unissula/Dosen dan Konsultan Hukum), Wahyu Kristianto (Unika/Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Jateng).

Pada era reformasi kala itu, kata Ferry, bersama sejumlah rekannya, dirinya yang dulu menjabat sebagai Presiden Mahasiswa Fakultas Teknik Undip berhasil menggerakkan ribuan mahasiswa untuk turun ke jalan, yang dipusatkan di kawasan Simpang Lima Semarang pada saat gerakan massa besar Mei 1998. Saat itu seluruh elemen mahasiswa melakukan longmarch dari kampus Tembalang menuju kawasan Simpang Lima.

Sambung Ferry, di Simpang Lima, seluruh mahasiswa dari Jawa Tengah berkumpul. Di depan Masjid Raya Baiturrahman didirikan panggung besar untuk orasi. Mereka tidak memandang suku ras agama atau perbedaan. Yang ada bagaimana bisa menciptakan pemerintahan yang bebas KKN.

“Aksi pada masa itu merupakan salah satu bentuk kontrol sosial terhadap negara, khususnya dalam rangka menegakkan supremasi hukum dan Undang-Undang 1945,” kata Ferry Firmawan yang juga ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jateng periode 2017-2020 itu.

Saat ini, Ferry Firmawan menjabat sebagai wakil rakyat di DPRD Jawa Tengah. Menurutnya, reformasi bukan hanya simbol yang selesai pada 1998,  tetapi bagaimana mewujudkan pemerintahan yang bersih dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Ia juga mengatakan, spirit reformasi ini harus terus dijaga sebagai bekal memperbaiki kesejahteraan dan kebesaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu ia mengajak agar mahasiswa tidak hanya berkutat pada dunia akademis, tetapi juga organisasi kampus. Karena disitulah, pengalaman dan gemblengan mental didapatkan, sehingga peran mahasiswa sebagai agen of change benar-benar terwujud. Skill atau keahlian khusus harus dimiliki agar bisa terus bersaing di era modernisasi.

Lanjut Ferry, Indonesia saat ini didera ancaman intoleransi dan radikalisme. Permasalahan tersebut tidak cukup diselesaikan hanya dengan penegakan hukum namun juga harus memperhatikan aspek sosialnya. “Tidak cukup hanya akademik, tapi harus dilengkapi kepekaan sosial. Perlu spirit nasionalisme dan spirit leadership-entrepreneurship,” tutupnya.

Red-HJ99/Ovan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini