Semarang, Harianjateng.com- Seluruh peserta Benchmarking Kompetensi Mahasiswa ke-III 2019 dinyatakan lulus ujian oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Tengah.
KetuaPWI Jawa Tengah, Amir Machmud NS menyampaikan, mahasiswa yang mengikuti Benchmarking pada tahap ke-III ini, semuanya dinyatakan lulus. Ia juga mengapresiasi hasil karya terutama dari TV dan Radio bisa langsung di buktikan dan layak disiarkan.
“Para mahasiswa yang ikut Benchmarking ini layak bangga karena metode dan cara dalam mata uji standar dengan metode Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diterapkan kepada wartawan,” katanya saat penutupan Benchmarking di Gedung Pers PWI Jateng, Rabu (27/03/2019).
Amir Machmud juga berpesan kepada mahasiswa yang ikut Benchmarking sudah lulus agar tetap berkarya kedepannya, setelah lulus bisa mengaktualisasikan di tempat kerja kelak.
Selain itu, Kepa Sekolah Jurnalisme PWI Jateng, Solikun mengatakan sangat bersyukur karena pelaksanaan Benchmarking kompetensi mahasiswa KPI FDK UIN Walisongo ini telah mencatatkan prestasi yang terbaik, sebab, semua peserta dinyatakan lulus.
“Pastinya kita bangga dengan pelaksanaan Benchmarking kali ini. Dari 87 peserta yang ikut serta, semua dinyatakan lulus. Ini kebanggaan dan menunjukkan bahwa para Mahasiswa FDK UIN Walisongo sudah memperlihatkan peningkatan kapasitas, sebagai mahasiswa yang kompeten,” tutur Solikun.
Sementara itu, Dekan FDK UIN Walisongo melalui Ketua Jurusan (Kajur) KPI FDK UIN Walisongo mengungkapkan, merasa bangga bisa terlibat untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas untuk mengetahui tolak ukur para mahasiswa KPI FDK UIN Walisongo Semarang.
“Kami berterimakasih kepada penguji dari PWI yang sudah mengajarkan kepada mahasiswa dan juga kami memiliki tanggung jawab moril untuk mengembangkan kapasitas para mahasiswa agar memiliki keahlian jurnalistik,” kata Ketua Jurusan (Kajur) KPI FDK UIN Walisongo.
Selanjutnya, salah satu Penguji dari PWI Jateng, Widiyartono mengungkapkan pada dasar penilaian Benchmarking kompetensi mahasiswa, dari nilai paling rendah 60-100, namun tidak ada mahasiswa yang mendapat nilai 100.
“Dasar penilaian kami dari paling rendah 65 sampai 100, namun nilai 100 itu tidak ada, kami tidak berani menilai terlalu tinggi 100 nanti malah mengkalahkan saya,” candaan Widiyartono ke mahasiswa.
Widiyartono menambahkan, bahwa mahasiswa tidak seharusnya senang secara berlebihan ketika dinyatakan lulus semua, karena masih ada pekerjaan rumah yang harus diperbaiki oleh mahasiswa setelah dari sini.
“Kalian jangan senang dahulu karena saya bilang semua lulus sebenarnya ada satu orang yg tidak lulus, namun masa iya tidak saya luluskan. Tidak perlu tahu siapa biar menjadi intropeksi kalian,” pungkas Widiyartono.
Red-HJ99/HS