Pati, Harianjateng.com – Ikhtiar membentengi dari radikalisme, Pimpinan Fatayat NU Ancab Margoyoso, Kabupaten mengadakan Kajian Ramadhan dengan tema “Peran Perempuan dalam Penanggulangan Radikalisme Agama” dengan narasumber Ketua PCNU Pati H. Yusuf Hasyim, MSI dan Hj. Tutik N. Jannah, MH.
Intisari dari kajian tersebut antara lain, perempuan termasuk sasaran empuk gerakan radikalisme. Kenapa? Pertama, karena Perempuan punya rahim. Dengan menguasai rahim perempuan maka reproduksi generasi “mujahid” dapat dilakukan besar-besarann.
“Maka doktrin mereka kepada perempuan adalah menolak KB dan harus mau dipoligami. Oleh karenanya, isu inilah yang sekarang digodok-godok terus aaaqmenerus melalui segala cara,” kata pemateri.
Kedua, perempuan cenderung loyal dan militan. Maka akan aman jika perempuan sudah bisa ditaklukkan. Karena otomatis akan mendakwahkahkan kepada keluarga dan lingkungan sekitar. Minimal perempuan akan mendakwahkan kepada anak-anaknya.
Gerakan radikalisme selalu mencoba ingin mengganti negara demokrasi dengan Negara Islam (ini modelnya Ikhwanul muslimin) atau khilafah Islamiyyah (ini modelnya HTI). Maka cara yang mereka lakukan untuk mempengaruhi orang lain adalah dengan membuat orang tidak percaya pada sistem negara dari arah manapun, baik ekonomi, sosial, maupun politik. Maka semua lembaga yang menjadi penopang stabilitas negara akan digoyang otoritasnya dengan cara meragukan, menolak, memviralkan bahwa ia curang, dan lainnga. Dan yang jahat, mereka mencoba menggunakan aspirasinya dengan mengatasnamakan demokrasi.
Persis kan dengan apa yang kita lihat beberapa bulan terakhir di Negera ini. Pemerintahan yang sah dianggap tdk adil. Masyarakat diajak tidak percaya pafa sistem pemerintahan. Lembaga penyelenggara pemilu divonis telah melakukan kecurangan. Masyarakat diajak demo atas nama kebebasan dan demokrasi. Tapi sebenarnya di belakang itu ada pihak-pihak yang sudah terindikasi menyebarkan radikalisme di negara kita dan hendak melenyapkan negara kita dan menggantinya dengan khilafah. Maka kita harus waspada dan jangan mau dipengaruhi mereka meskipun dengan iming-iming agama dan masuk surga. Karena hari ini sudah mulai banyak yang terpengaruh, terutama kelompok muslim perkotaan dan akademisi di kampus-kampus.
Kenapa kok bukan orang kampung? Karena orang kampung lebih dekat dengan NU. Hari ini diakui atau tidak hanya NU yang masih teguh membentengi diri dari serangan mereka dari arah manapun. Maka NU ini yang paling dibenci oleh kelompok radikal. Karena NU yamg paling susah untuk dipengaruhi. Warga NU yang memegang prinsip tawassuth, tawazun, tasamuh, dan i’tidal lebih sulit untuk diprovokasi dengan ajaran mereka yang kenceng.
Orang NU biasa santai dalam beragama, dan mudah menghargai perbedaan, tidak mudah tertarik dengan ajakan mereka. Tetapi tetap hati-hati karena mereka juga akan gunakan berbagai cara untuk merongrong NU di negeri ini.
“Oleh karena itu Fatayat merasa penting untuk memberikan pengetahuan kepad anggotanya tentang bahaya radikalisme ini agar bisa membentengi diri,” papar dia.
Red-HJ99/Dimas