Kudus, Harianjateng.com – Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Kudus menerima kunjungan study banding dari 70 Pesantren di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Senin (30/9/2019).
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian Program Diklat Teknis Substantif Kewirausahaan Guru Pondok Pesantren Angkatan I dan II yang diselenggarakan oleh Balai Diklat keagamaan Semarang.
Tiba di lokasi jam 09.00 WIB, peserta diterima di Aula Lt. 1. Acara dipandu langsung oleh Pendiri Pesantren Al Mawaddah H Sofiyan Hadi, Lc., MA dan Hj Khadijah Al Hafidzah. Diawali dengan penjelasan visi, misi dan core values, pasangan Motivator Nasional ini juga menjelaskan perjalanan 11 tahun Al Mawaddah hingga berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Pesantren Entrepreneur Inspiratif terbaik tahun 2018.
H Sofiyan Hadi dalam kesempatan itu mengemukakan. ”Al Mawaddah menggabungkan aspek spiritual, leadership dan entrepreneurship. Ini merupakan pengembangan spirit GusJiGang (Bagus Ngaji Dangang—red) yang diwariskan oleh Sunan Kudus”.
Sementara itu, Hj Khadijah menambahkan, dengan semangat kemandirian dan spiritualitas, pesantren bisa menjadi lembaga mandiri dan mengakar di masyarakat. ”Saatnya Pesantren memberikan kontribusi besar dalam mendidik dan memajukan umat,” imbuhnya.
Tampak seluruh peserta yang dibagi ke dalam lima kelompok antusias mendengarkan pemaparan materi Pelaksanaan wirausaha di Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah. Setiap kelompok bertugas membuat laporan sesuai sub materi yang disampaikan, meliputi 1) managemen pemberdayaan SDM, 2) Managemen perolehan dan pemanfaatan modal, 3) managemen peluang pemasaran, 4) managemen peningkatan produksi dan 5) managemen peningkatan kualitas SDM.
Selepas sesi tanya jawab yang dipandu oleh Kepala BLK Al Mawaddah Faruq Afandi, SE., peserta diajak melihat langsung berbagai unit usaha pesantren, mulai pertanian terpadu (integtaed farming), hidroponik, produk kuliner dan toko sepatu. Yang terbaru adalah eduwisata Kebun Qur’an dengan tanaman khas timur tengah yang disebutkan dalam Al Quran seperti kurma, tin, zaitun, anggur, delima, bidara, dan masih banyak lagi lainnya.
Drs. H Zaenuri, M. Ag sebagai pembimbing dan widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Semarang mengatakan, bahwa keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan sejak dulu sampai sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberdayakan masyarakat. Karena itu, pesantren tidak boleh membatasi perannya hanya dibidang pengajaran ilmu-ilmu keislaman klasik. ”Di Pesantren Al Mawaddah hari ini kita belajar bagaimana mengelola usaha produktif agar Pesantren bisa mandiri secara finansial”, tuturnya.
Dalam Observasi lapangan kali ini para peserta merasa mendapatkan motivasi dan inspirasi bisnis dan akan dikembangkan di pesantren masing-masing.
Red-HJ99/OVN