Yogyakarta, Harianjateng.com- Research Day 2019 merupakan salah satu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan fakultas Biologi ini meliputi tiga kegiatan penting yaitu pameran poster, buku dan video hasil penelitian dan pengabdian masyarakat.
Monitoring dan evaluasi (monev) hibah penelitian yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa. Serta acara inti berupa Diseminasi hasil riset Doktoral almarhum Ratih Aryasari, M.Si dan Kuliah umum.
Seminar dengan empat narasumber yang ahli dibidangnya merupakan salah satu apresiasi kepada almarhumah, yang selama hidupnya mendedikasikan diri untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Kegiatan yang diawali dengan pemutaran film dokumenter hasil eksplorasi Sponge di Pulau Maratua. Film ini merupakan karya Juswono Budisetiawan, S.Si, M.Sc, suami almarhumah Ratih Aryasari. Mengeksplor Sponge, mulai dari jenis sampai perilakunya di perairan Maratua nan indah.
Dilanjutkan dengan paparan dari Dr. rer. nat. Edwin Setiawan, S.Si. M.Sc. Dosen Biologi, Institute Teknologi Surabaya (ITS) yang membawa kajian “Populasi Genetik Empat Jenis Spons (Porifera, Grant, 1836) Yang Berada Di Perairan Indonesia.
Dari Fakultas Farmasi UGM, ada Dr. rer.nat.Yosi Bayu Murti dengan makalah “Bahan Alami Laut Sumber Obat Dimasa Depan.” Sebagai pembicara terakhir Manager Program Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Yayasan Kehati, Basuki Rahmat yang membawakan makalah “Manajemen Pengelolaan Sumber Daya Hayati Laut Indonesia.”
Porifera (kata Latin yang berarti “berpori”) atau Spons atau Bunga karang merupakan organisme multiseluler, yang mempunyai banyak pori sehingga air dapat melewatinya. Tubuh mereka terdiri dari mesohil yang diapit dua lapisan tipis sel. Spons memiliki sel yang tak terspesialisasi (tidak memiliki tugas khusus) dan dapat berubah menjadi tipe sel lain serta dapat berpindah antara lapisan sel utama dan mesohil. Spons tidak memiliki sistem saraf, pencernaan maupun sistem peredaran darah. Sebaliknya, sebagian besar mengandalkan aliran air melalui pori-pori tubuh mereka untuk mendapatkan makanan dan oksigen dan untuk membuang limbah.
Porifera, merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang perlu dilindungi dan dikembangkan. Biodiversitas yang dimiliki perairan Indonesia tentunya digunakan semaksimal mungkin bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
“Pemanfaatan Biodiversitas untuk Kemandirian, Kesejahteraan, dan Ketahanan Bangsa” kata Juswono.
Lebih lanjut Juswono berpendapat bahwa bahasan ke empat narasumber tadi menunjukkan bagaimana kita mendaya gunakan sumberdaya alam, sumber daya manusia serta sumberdaya finansial untuk mewujudkan kemandirian tersebut.
“Kita harus waspada, tanpa kemandirian tersebut, bisa jadi apa yang kita miliki malah dimanfaatkan oleh pihak asing dan ironisnya dijual lagi ke kita dalam bentuk produk jadi.” kata Juswono lebih lanjut.
Red-HJ99/RedG