Semarang, Harianjateng.com- Menyimak perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara sepanjang 2019, termasuk dinamika berjurnalistik dan bermedia, yang antara lain melewati peristiwa hajatan besar Pemilu 2019, bersama ini PWI Provinsi Jawa Tengah menyampaikan refleksi berupa pokok-pokok pikiran, sebagai berikut:
1. Media akan terus menjadi elemen penting penjaga keberagaman yang melekat sebagai realitas kehidupan berkebangsaan masyarakat Indonesia. Dengan kekuatan penyampaian pesan untuk memberi pengaruh dalam opini publik, media punya tanggung jawab moral sebagai penyeimbang dan penjernih berbagai bentuk informasi yang bertendensi melukai dan memecah keberagaman bangsa.
2. Masa-masa pemilihan presiden 2019 secara psikologis melelahkan dalam kehidupan kebangsaan kita, ketika berserakan informasi dan opini, termasuk kabar-kabar bohong yang dikembangkan melalui media sosial. Hingga sekarang pernak-pernik politik aliran terasa masih mengemuka. Banyak muncul impulsi kekurangbijakan dalam beropini, bahkan tidak jarang cenderung mengeksploitasi perbedaan, dan itu terdukung oleh aneka postingan melalui media sosial.
3. Media arus utama, dengan produk jurnalistik yang verifikatif, harus terpanggil untuk menjaga hakikat keberagaman dann kebhinekaan. Mekanisme jurnalistik dengan mengunggah informasi yang akuntabel melalui disiplin verifikasi merupakan standar yang harus dipatuhi. Kolaborasi antara media arus utama dengan media sosial merupakan keniscayaan, apabila yang diorientasikan adalah tujuan-tujuan dari dan untuk rakyat. Media arus utama punya kewajiban untuk memberikan penjernihan terhadap hal-hal yang meragukan natau berkecenderungan merupakan penyebaran informasi bohong.
4. Praktik berjurnalistik dan bermedia bisa secara proaktif mengetengahkan inspirasi dan keteladanan melalui pernyataan-pernyataan para tokoh dengan muatan sikap kenegarawanan. Dengan antara lain bermodel mengisi ruang pemberitaan seperti itulah media bisa berkontribusi dalam memberi warna lima tahun kepemimpinan Joko Widodo – Ma’ruf Amin yang telah mendapat mandat rakyat melalui pilpres. Tentu tanpa kehilangan sikap kritis sesuai dengan fungsi pers untuk menjalankan kontrol sosial.
5. Memberi warna dalam berkontribusi, tidak harus diartikan mereduksi fungsi-fungsi pers dalam menyampaikan informasi, memberi pendidikan, memberi hiburan, dan menjalankan kontrol sosial. Maka independensi jangan hanya diartikan sebagai sikap memberi jarak yang sama terhadap berbagai kepentingan politik-ekonomi, melainkan juga dimaknai sebagai keberanian memilih menginformasikan atau tidak menginformasikan pernyataan atau berbagai hal dengan segala pertimbangan kemaslahatan bersama.
6. Secara internal kewartawanan dan media, realitas kehidupan perusahaan media sekarang membutuhkan solidaritas profesi untuk bersama-sama mencari peluang-peluang pengembangan survivalitas, agar tetap bisa mewujudkan idealisme pemberitaan menuju perjuangan kemanusiaan dan rasa keadilan. Solidaritas itu bisa diwujudkan dalam bentuk kolaborasi media-media dalam memperkuat pelatihan-pelatihan, bukan hanya yang terkait dengan peningkatan profesionalitas kewartawanan, tetapi juga jiwa enterpreneurship.
7. Kita harus memperkuat profesionalitas dan kemartabatan dunia kewartawanan, antara lain melalui sinergi-sinergi strategis dengan para mitra kerja. Kita membuka PWI sebagai rumah bersama untuk memikirkan, mengonsep, dan memberi solusi-solusi menuju survivalitas itu.
8. PWI Jateng juga akan terus bahu membahu bersinergi dengan PWI Pusat dalam mewujudkan mimpi-mimpi membawa para anggotanya menuju profesionalitas dan kemartabatan profesi. Sebagai bagian dari struktur organisasi, Jateng mendukung sepenuhnya langkah-langkah PWI Pusat dalam mengembangkan kompetensi kewartawanan melalui program-program pendidikan dan penegakan etika jurnalistik menuju profesionalisme yang komprehensif.
Semarang, 24 Desember 2019
Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah, Amir Machmud NS
Red-HJ99