Semarang,Harianjateng.com – Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kita sebagai warga Negara Indonesia harus kembali mengingat jari diri bangsa Indonesia, agar Indonesia dapat kembali bangkit dan memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan dunia yang aman, damai dan bersatu.
Hal itu terangkum dalam acara Halaqoh alim ulama dalam rangka peringatan hari lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke-97 Hijriyah di kantor PWNU Jateng, Selasa 3 Maret 2020.
Halaqoh alim ulama tersebut dihadiri oleh Kombes pol Langgeng Purnomo dari Mabes Polri, Wakil Gubernur Jateng KH Taj Yasin Maemun, Kolonel Inf Jaelan dari Kodam IV/Diponegoro, Ketua MUI Jateng KH Dr Achmad Darodji, Mustasyar PWNU Jateng KH Drs H Achmad, Rois Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh, Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng Drs H Mohamad Muzamil, dan 500 alim ulama perwakilan dari PCNU dan Jam’iyyah Ahli Thoriqoh al-Muktabaroh Annahdliyah (Jatman) se-Jateng.
Dalam iftitahnya, Rois Syuriah PWNU Jateng menyatakan, PWNU Jateng merayakan hari lahir NU adalah untuk kembali mengingat perjuangan generasi pendahulu yang telah mendirikan dan membesarkan NU, dan sekaligus ikut berjuang terwujudnya kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Karenanya ia berharap agar kita sebagai generasi penerus mampu meneruskan perjuangannya untuk mencapai tujuan berdirinya NU, yakni berlakunya Islam ala ahlussunah wal jama’ah di tengah kehidupan dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
“Indonesia yang dibangun atas dasar Pancasila ini adalah kesepakatan para tokoh pendiri bangsa, yang didalamnya terkandung nilai-nilai Islam ala ahlussunah wal jama’ah”, tegasnya.
Kombes pol Langgeng Purnomo menyampaikan, “jati diri Indonesia adalah falsafah Pancasila. Sila pertama menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa. Jadi Indonesia adalah bangsa yang relegius”, terangnya.
Aster Kodam IV/Diponegoro Kolonel Inf Jaelan, menanyakan kepada para peserta, ” NKRI?”, dijawab serempak oleh peserta, “harga mati”.
Kemudian ia menanyakan, apakah kita setuju jika Indonesia terpecah? dijawab tegas para kiai yang hadir, “tidak setuju”.
Kol inf Jaelan mengingatkan perlunya setiap warga negara melakukan bela negara sebagaimana dalam pasal 30 UUD 1945. “Kita harus waspada kemungkinan adanya gangguan, ancaman dan tantangan, sehingga kita harus bersatu padu untuk Indonesia yang maju, mandiri dan berkeadilan”, tegasnya.
Wakil Gubernur Jateng KH Taj Yasin Maemun menyampaikan perlunya rasa syukur soliditas relegius nasionalis dan nasionalis relegius pada bangsa kita ini.
Wagub berharap agar para kiai mengamalkan qunut nazilah pada setiap sholat lima waktu, agar Indonesia tetap aman, bersatu, sehat wal afiyat lahir dan batin.
“Kami mengajak kepada para kiai tersebut karena kami dipesan para sesepuh supaya kami menyampaikan perlunya tawakal kepada Allah SWT”, ujarnya.
Red/HJ99/ MM