Temanggung, Harianjateng.com – Dalam pidatonya, Ketua STAINU Temanggung Dr. H. Muh. Baehaqi menegaskan bahwa virus corona jangan sampai meneror masyarakat. Hal itu diungkapkan dalam wisuda program sarjana STAINU Temanggung, Selasa (17/3/2020).
“Selain problem bangsa yaitu virus corona yang kini meneror umat, kita harus refleksi sejenak, bahwa ada problem mendasar yang dihadapi bangsa ini. Di antaranya mutu SDM, kompetensi, dan literasi yang masih lemah, pengangguran, narkoba, prositusi, degradasi moral bangsa, hingga radikalisme,” bebernya.
Corona, menurut Baehaqi, jangan turut dijadikan teroris karena masih banyak musuh bangsa yang harus dihadapi.
“Karakteristik umat Islam di Indonesia sejak kehadirannya sampai dipeluk oleh mayoritas masyarakat, memiliki sifat dasar yang moderat. Pemaknaan moderat di sini adalah tengah-tengah, wasatiyah, tidak terlalu mainstrem kanan dan mainstream kiri. Moderat berarti damai, dapat menerima perbedaan dan terbiasa hidup dalam keragaman. Namun akhir-akhir ini umat Islam Indonesia sering terstigma radikal atau ekstrim,” lanjut doktor jebolan UII Yogyakarta itu.
Jika kita kaji secara mendalam, kata dia, sesungguhnya hal tersebut tidaklah benar. Hanya karena kesalahan dari beberapa gelintir orang kemudian masyarakat Islam secara keseluruhan mendapat imbasnya. “Untuk itu mayoritas kaum modernis harus memiliki peran moderasi di negara kepulauan yang luas ini,” bebernya.
Sebagaimana kita ketahui, katanya, bahwa kekuatan umat Islam telah terbukti membentuk prinsip kebangsaan yang paripurna, sehingga konsep keIslaman dan keIndonesiaan menyatu dalam dinamika yang terus menerus berproses secara berkesinambungan. “Praktik keIslaman Indonesia atau Islam Nusantara menjelma sebagai watak genuince yang membumi. Maka dari itu menjadi kontra produktif ketika dijumpai sekelompok umat Islam minoritas yang dengan lantang memiliki cara pandang dan tindakan radikal menjurus ekstrem, keras, dan anti terhadap Pancasila maupun bentuk radikalisme lainnya,” lanjut dia.
Menurutnya, negara harus hadir untuk memangkas cara pandang hal tersebut. Menata dan meninjau ulang konsep dan strategi kontra radikalisme menjadi langkah awal yang perlu dilakukan. “Semua mafhum bahwa labelisasi terhadap Islam sangat identik dengan radikalisme umat Islam. Namun kebijakan deradikalisasi yang muaranya pada institusi-institusi Islam tidak lantas menjadi pembenaran untuk memusuhi Islam. Konsep moderasi Islam sebagai satu paket utuh dengan moderasi Indonesia dan keindonesiaan dianggap perlu untuk dilakukan secara utuh,” tegas pembimbing haji di KBIHU NU Babussalam tersebut.
Baehaqi juga menjelaskan, bahwa Soekarno menamakan negara ini dengan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak lain sebagai entitas untuk membentuk perbedaan diri dalam satu kesatuan. “Pancasila sebagai falsafah dasar (Philosofische grondslag) dan pandangan hidup (Weltanschauung) yang menjadi pusat titik-temu dari seluruh keragaman yang dihimpun dalam jiwa Gotong Royong agar bangunannya berdiri tegak di atas. Titik temu inilah yang menjadi kekuatan moderat di tubuh Indonesia, sehingga dapat disimpulkan Indonesia dengan segala aspek keindonesiaannya yang diikat dan dilandasi Pancasila itu sejatinya berkarakter moderat. Karenanya Indonesia tidak boleh ditarik dan dibelokkan menjadi radikal, ekstrem, dan mengingkari kemoderatan dirinya,” bebernya.
Dijelaskannya, meskipun demikian tindakan radikal tidak dapat dilawan dengan radikalisme atau dalam bahasa agama amar makruf harus dengan cara yang makruf dan nahi mungkar harus dengan jalan yang makruf. Maka moderasi merupakan pilihan untuk melawan radikalisme atau ekstremisme. Moderasi Indonesia sesungguhnya merupakan kontinyuitas dari akar masyarakat Indonesia.
“Watak moderat menjadi konsensus nasional dalam bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai titik temu dari segala arus keindonesiaan,” lanjut dia.
Sebelum digelar wisuda, pihak kampus sudah melakukan koordinasi dengan Kopetais Wilayah X dan Pemkab Temanggung dan menjalankan instruksi dari pihak-pihak terkait. “Pesan dari Setda Temanggung terkait pelaksanaan wisuda STAINU, harus disediakan hand sanitizer atau tempat cuci tangan dengan sabun antiseptik, tidak ada jabat tangan, jarak antar kursi satu meter, dan menyediakan termogun untuk mengukur panas tubuh, itu sudah kami lakukan untuk antisipasi,” kata dia.
Hadir civitas akademika STAINU Temanggung, Sekretaris Koordinator Kopertais Wilayah X Jawa Tengah Dr. H. Ruswan, Sekretaris PWNU Jawa Tengah KH. Hudallah Ridwan Naim Lc, Ketua YAPYINU Drs. H. Nur Mahsun, PCNU Temanggung, perwakilan Pemkab Temanggung, wisudawan dan wali wisudawan, dan berbagai tamu undangan. (HJ99/Hi).