Semarang, Harianjateng.com – Efek pandemi virus corona (covid-19) sejak beberapa bulan lalu membuat iklim dunia penerbitan dan percetakan sepi. Hal itu dikarenakan aktivitas di sekolah, kampus, perkantoran tidak ada kegiatan akademik atau menerbitkan buku karena semua berkonversi ke daring. Namun, tidak semua penerbit buku mengalami hal demikian, masih ada beberapa penerbit yang masih aktif menerbitkan buku.
Hal itu diungkapkan Direktur Penerbit dan Percetakan CV. Asna Pustaka Semarang, Hamidulloh Ibda, Sabtu (9/5/2020). “Tiap penerbit maupun percetakan pasti mengalami hal sama, yaitu sepi. Tapi tidak semua demikian kok,” kata pengurus LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah itu.
Ia mengakui, bahwa penerbit indi di Semarang memang berbeda dengan di Jogjakarta, Surabaya, Bandung, maupun Jakarta. “Di Semarang ini, rata-rata orang menerbitkan buku itu untuk kepentingan akademik, PAK, kepangkatan. Kalau bagi ASN biasanya untuk kepengkatan, dosen juga sama. Tapi bagi kampus atau sekolah, biasanya untuk kepentingan akreditasi biasanya ditambah dengan buku yang didaftarkan HKI,” lanjut dia.
Meski menurun, kata dia, namun untuk penerbit yang ia kelola beserta jaringan penerbit lain masih stabil. “Kalau hari normal, tiap minggu kami biasa menerbitkan buku lebih dari sepuluh bahkan dua lima belas, sampai tiga puluh. Sejak musim corona, rata-rata perminggu hanya ada lima, maksimal sepuluh,” beber dia.
Jumlah itu diakumulasi dari jaringan penerbit di Semarang dan Jogjakarta yang ia kelola. “Kami memiliki jaringan dengan penerbit dan percetakan seperti Penerbit Formaci, CV. Harian Jateng Network, CV. Pilar Nusantara, CV. Kataba Groub dan lainnya,” lanjut penulis buku Guru Dilarang Mengajar tersebut.
Kami tidak hanya menerbitkan buku dari Semarang dan Jawa Tengah, lanjut dia, tapi juga dari Malang, Probolinggo, Makassar, bahkan Papua. “Ini jaringan para guru, dosen, dan juga rekan-rekan jurnalis yang masih peduli dengan literasi,” lanjut peraih Juara 1 Lomba Artikel Tingkat Nasional Kemdikbud 2018 tersebut.
Kemarin, kata dia, baru saja kami menerbitkan buku sejumlah seribu ekslempar, ada juga naskah dari Malang, Papua, dan beberapa kampus di Jawa Tengah. “Hal ini membuktikan meski musim pandemi, geliat literasi tidak sepi,” ujar pria yang pernah meraih Juara 1 Lomba Esai Nasional Fakultas Filsafat UGM 2018 tersebut.
Pihaknya berharap, wabah covid-19 segera berakhir sehingga aktivitas penerbitan dan percetakan kembali normal. “Kami menginisiasi kelas menulis online yang diikuti guru, pelajar, mahasiswa, dosen bahkan ibu rumah tangga. Hasilnya akan kami bukukan, dari jenis artikel populer, puisi maupun cerpen. Hal itu dimanfaatkan untuk mengisi kegiatan work from home dan kegiatan pembatasan tatap muka. Semoga wabah pandemi corona ini segera berakhir agar kegiatan literasi kami dapat berjalan normal kembali,” pungkas Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif tersebut. (HJ33/Dm).