Pati, Harianjateng.com- Ketua PCNU Pati KH Yusuf Hasyim melakukan audiensi dengan Bupati Pati H. Haryanto selaku Ketua Gugus Tugas Covid 19, Jumat (05/06/2020).
Turut hadir dalam kegitan itu, Ketua RMI PCNU Pati KH. M. Liwa’udin, M.Pd., Ketua LKNU PCNU Pati, Dr. Moh. Qosim, MM., Perwakilan pesantren KH. Moh. Niam Sutaman, Lc, dan KH. Moh. Shobur.
Dalam kesempatan itu, Ketua PCNU Pati KH Yusuf Hasyim menyampaikan beberapa hal, diantaranya, pertama, meminta perhatian khusus bagi pondok pesantren di Kabupaten Pati yang jumlahnya mencapai lebih dari 220 pesantren dengan jumlah santri lebih dari 25.000 saat diberlakukannya new normal.
Kedua, dari jumlah pesantren sebanyak itu sebagian besar sarana prasarana yang dimiliki ruang tidur, MCK sarana kesehatan obat-obatan dan juga ruang pembelajaran masih banyak yang belum memadai. Selain itu, santri yang berada di pesantren Kabupaten Pati tidak hanya berasal dari daerah sekitar Pati tetapi juga banyak yang berasal dari luar kota, sebagian ada termasuk daerah zona merah, maka dari itu pihaknya bekerjasama dengan Pemda dan Satgas pesantren pada saat mereka kembali ke pesantren harus benar-benar steril dari penyebaran virus covid 19.
“Sementara ini pesantren-pesantren belum ada kesamaan sikap dalam menyikapi new normal, karena belum adanya koordinasi dengan seluruh para pengasuh pesantren, dan belum ada kebijakan ataupun edaran yang dikeluarkan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pati maupun gugus tugas covid 19, sehingga pesantren membuat kebijakan yang sifatnya lokal menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing Pesantren. Seperti halnya Pesantren Roudlotul Ulum Guyangan Trangkil sudah membuat edaran kepada Wali santri dengan New Normal mempersiapkan santri kembali ke pesantren harus melakukan rapid test secara mandiri yang dibiayai oleh pengasuh pesantren, tetapi banyak juga Pesantren lain yang belum siap dengan rapid test karena biayanya yang terlalu memberatkan kepada Wali Santri,” ungkap KH Yusuf Hasyim.
Menurutnya perlu adanya koordinasi yang terpadu antara pqra pengasuh Pesantren, Ormas dan juga Pemerintah Daerah Kabupaten Pati melalui gugus tugas covid-19, agar benar-benar bisa melaksanakannya normal di pesantren tanpa harus menimbulkan permasalahan yang baru.
Sementara itu Bupati Pati Haryanto menanggapi masukan tersebut. Ia juga memberikan pamdangan bahwa persyaratan new normal yang diberikan oleh Pemerintah Pusat sampai ke daerah harus benar-benar diperhatikan oleh pesantren, khususnya terkait dengan physical distancing para santri saat berada di pesantren. “Pengamatan saya di beberapa Pesantren Kabupaten Pati masih banyak yang belum bisa menyediakan ruang tidur santri dengan mempertimbangkan physical distancing. ini sangat berbahaya dan akan menambah masalah baru jika santri masih berkumpul dalam satu kamar tanpa ada physical distancing, bisa jadi kalau pesantren terburu-buru tidak mempertimbangkan ini, maka akan bisa menimbulkan cluster baru di pesantren,” katanya.
“Disamping itu santri yang datang kembali ke pesantren harus benar-benar steril dari virus covid-19, dibuktikan tidak hanya menggunakan rapid test karena rapid test tidak bisa serta-merta menjamin mereka itu negatif virus Covid 19. banyak juga yang rapid test nya tidak reaktif tetapi hasil SWAB-nya positif. Intinya Rapid test tidak menjamin santri sudah terbebas corona,” tambah Bupati Pati tersebut.
Terkait dengan bantuan Pemda untuk rapid test nanti akan di sesuaikan dengan kemampuan anggaran daerah, karena anggaran Pemkab Pati terbatas. Untuk menyikapi kesamaan pandangan pengasuh pesantren di Kabupaten Pati disepakati rencananya minggu depan akan dilaksanakan rapat bersama dengan Forkopimda, PCNU dan perwakilan pengasuh pesantren untuk membahas tentang antisipasi dan langkah-langkah yang harus diambil saat memasuki new normal pesantren di Kabupaten Pati.
Red-HJ99/OV