KKN 47 UIN
KKN 47 UIN Walisongo

Ungaran, Hariansemarang.id – Desa Nyatnyono merupakan salah satu desa religi yang sering dikunjungi oleh banyak tamu yang ingin berziarah ke Makam Waliyullah maupun ke Sumber Mata Air Sendang. Potensi Nyatnyono sebagai wisata religi membuat masyarakat sekitar terbantu dari segi perekonomiannya. KKN UIN Walisongo melaksanakan kegiatan di desa Nyatnyono identik dengan makam Waliyullah Hasan Munadi dan Hasan Dipuro.

Akan tetapi, namanya desa wisata juga tetap menyimpan permasalahan yang ada di dalamnya. Salah satu masalah yang ada pada persoalan desa wisata di Nyatnyono adalah “pengunjung tersasar”. Berangkat dari keluhan tersebut, beberapa perwakilan dari mahasiswa KKN-RDR ke-77 UIN Walisongo Kelompok 47 bertolak ke desa untuk melakukan observasi.

Alhasil, menurut pengakuan beberapa warga setempat termasuk Kepala Desanya sendiri menyampaikan, bahwa salah satu kebutuhan desa saat ini adalah navigasi atau petunjuk arah. Sebab melihat beberapa tamu yang kebingungan dalam mencari akses jalan ke Makam dan Sendang. Maka dari itu, mahasiswa KKN 47 mewawancarai langsung ke kantor Kepala Desa.

“Untuk kebutuhan desa saat ini kita membutuhkan navigasi atau petunjuk arah yang dapat membantu para tamu yang berkunjung ke Desa Nyatnyono, karena menilik pada persoalan tamu Mbah Hasan banyak yang kesasar.” Ujar Pak Parsunto, selaku Kepala Desa saat ditemui di Kantor Desa.

KKN UIN Walisongo

Akhirnya, untuk mengatasi banyaknya pengunjung yang tersasar, kelompok Mahasiswa KKN 47 UIN Walisongo dari divisi Lingkungan berinisiatif membuat navigasi atau petunjuk arah di beberapa lokasi vital. Awalnya petunjuk arah ini dikonsep menggunakan papan dan kayu.

Namun Bapak Parsunto memberikan arahan dan sarannya mengenai “keawetan” atau daya tahan dan aspek nilai estetik. Maka beliau mengharapkan untuk pembuatan petunjuk arah dengan konsep di-cor atau berlandasan tembok. Hingga kami akhirnya memahami konsepnya, berkat bantuan arahan dan pendampingan juga dari Bapak Agus Purnomo, selaku relawan Nyawa Wali.

Pengerjaan tembok navigasi atau petunjuk arah dimulai dari tanggal 06-18 November 2021. Memakan waktu yang cukup lama, sebab proses pengerjaannya harus menunggu baru bisa melanjutkan ke tahap pembuatan selanjutnya. Misalnya dari proses pengecoran atau pembuatan tembok ke tahap pemasangan huruf serta pengaciannya memiliki jeda waktu yang tidak singkat.

Titik-titik lokasi pembuatan navigasi atau petunjuk arah merupakan lokasi vital. Karakteristik lokasi tersebut adalah jalan yang paling sering di lewati oleh para peziarah apabila berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan pribadi.

Tujuan navigasi ini dibuat dari cor semen supaya menjadi lebih kokoh bangunannya. Sehingga akan selalu berdiri tegak selama tembok tersebut masih ada, serta nanti akan dilakukan pengecatan menggunakan warna-warna yang mudah menarik perhatian pengunjung. Koordinator Kelompok 47, Bagas memberikan keterangan terkait warna dari tembok.

“Untuk warna dasar atau latar sendiri menggunakan warna hijau, ya sesuai dengan warna yang khas di desa Nyatnyono dan kampus UIN Walisongo, sementara untuk warna lainnya diharapkan warna yang terang, supaya pengunjung dapat melihat petunjuk arah tersebut dengan jelas sesuai dengan tujuannya, agar tidak tersasar,” ungkap Bagas.

Abi Priambudi selaku bagian dari Divisi Lingkungan mengucapkan apresiasi atas terlaksananya program ini. “Kami ucapkan terima kasih untuk seluruh teman-teman KKN 47 yang telah membersamai dari awal, serta pihak-pihak yang turut terlibat dalam pembangunannya, dari Bapak Kades, Bapak Agus dan Relawan Nyawa Wali, Bapak RT setempat,” ucap Abi.

“Semoga dengan adanya pogram ini, kita dapat merealisasikan agar tidak ada lagi tamu atau pengunjung tersasar dan juga untuk memantik kesadaran para pemangku kesadaran dan warga sekitar akan pentingnya membangun tembok navigasi, serta harapannya dapat menjadi amal jariyah untuk kita semua.” lanjut Abi.

Cek berita dan artikel Harian Semarang lainnya di Google News

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here