Psuruan, Hariansemarang.id – Ada yang heran nggak kenapa orang kok suka wakaf tanah ke Muhammadiyah? Nah ternyata terjawab lho, orang makin yakin dengan Muhammadiyah lho.
Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto mengungkapkan soal kenapa orang suka wakaf ke Muhammadiyah.
Agung menemukan soal ini saat tengah masa pandemi kemarin, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) dan Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah (MDMC) sedang mencari tanah untuk membangun Pusdiklat.
Nyaris saja MCCC dan MDMC tidak kunjung mendapatkan tanah yang diinginkan, sebab tanah yang diinginkan telanjut dibeli orang.
Nah ternyata, belakangan datang orang non Muhammadiyah menghibahkan tanah seluas 3.440 M2 yang lokasinya strategis. Orang non Muhammadiyah langsung wakafkan tanah itu ke PP Muhammadiyah.
Agung menceritakan pula, ada lagi warga non Muhammadiyah di masa pendemi ini menghibahkan tanah dan bangunan yang nilainya miliaran rupiah kepada Muhammadiyah.
Kok mereka ringan saja ya berikan wakaf tanah ke Muhammadiyah saat situasi sedang krisis begini. Agung pun penasaran dan bertanya ke pemberi wakaf yang dimaksud.
Ketika ditanya kenapa menghibahkan hartanya? Orang itu menjawab, “Mas anak saya sudah mentas semua, harta saya Alhamdulilah cukup. Saya tidak tahu kapan Allah akan memanggil saya. Mumpung saya masih hidup, saya ingin punya bekal di akhirat,” tutur pemberi wakaf itu dikutip dari laman PWMU.
Agung tanya lagi, kenapa menghibahkan kepada Muhammadiyah? Jawabnya sederhana,”Saya percaya kepada Muhammadiyah.”
Cerita Agung Danarto disampaikan di resepsi Milad Muhammadiyah ke 109 yang diadakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan, Ahad pekan lalu.
Hibah di Muhammadiyah dijamin tak mangkarak
Dari peristiwa ini, Agung Danarto yakin, kalau kita punya keinginan yang kuat, Allah akan menggerakkan orang untuk mencukupi apa yang diperlukan oleh Muhammadiyah.
Bagi Agung, kepercayaan masyarakat adalah modal utama dan semestinya dijaga. Di Muhammadiyah semua aset tanah, baik wakaf atau membeli, dijaga dengan cara sertifikasi atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Dengan demikian Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan Pimpinan Amal Usaha tidak bisa mengalihnamakan tanah tersebut kecuali seizin Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Aset hibah dikuasai PWM, PDM, PCM, PRM, dan amal usaha, bukan dikuasai PP Muhammadiyah.
Agung menerangkan, seluruh amal usaha Muhammadiyah dikelola untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai bentuk dzikir dan ketaatan kepada Allah. Dana infak warga yang dikumpulkan direalisasikan dalam bentuk amal usaha.
Dia menjelaskan, para pimpinan di Muhammadiyah diibaratkan seperti talang yang menampung air hujan yang banyak sekali kemudian menyalurkannya ke tempat penampungan. Tapi talangnya sendiri tidak menyisakan air.
”Talange ora melu teles. Tidak ada yang mampir di talang. Tidak ada ceritanya, bantuan yang dihibahkan ke Muhammadiyah lantas mangkrak. Yang terjadi adalah bangunannya jadi dan nilainya lebih tinggi dari yang disumbangkan. Karena dalam hal ini, warga Muhammadiyah niatnya adalah berdzikir dan taqarrub kepada Allah. Karena niatnya adalah dzikir dan taqarub kepada Allah, semuanya dilaksanakan dengan serius,” tuturnya.