Ilustrasi muak
Ilustrasi muak. Foto Cottonbro/Pexels

Malam ini mimpiku bagus sekali. Kedatangan seseorang yang bingung dengan rizkinya. Lalu seseorang itu menitipkannya padaku. Dengan rizki itu, kubangun warisan seribu tahun Indonesia. Bangunan berupa PERPUSTAKAAN PRESIDEN. Twin Tower. Tower pertama isinya riil: buku, film, CD, pernik-pernik dan lain-lain. Tower kedua isinya digitalisasi dari isi tower pertama.

Perpus ini internasional: dalam tujuh bahasa. Berisi semua hal-ikhwal tentang semua presiden Indonesia: lalu, kini dan yang datang. Jika kalian ingin tahu sejarah, jejak, pikiran dan riwayat presiden Indonesia, datanglah ke perpusku ini. Kita akan belajar bersama. Soal ipoleksosbudhankam dari mereka.

Seluruh warga negara bisa belajar dari kebaikan presiden dan meneruskannya. Juga harus meninggalkan warisan buruk dari mereka. Sebab setiap presiden pasti ada sisi baik dan sisi buruknya. Para indonesianis harus merujuknya jika menulis soal-soal Indonesia.

Sesungguhnya ini tugas negara dalam membangun perpustakaan presiden. Tapi karena pemerintah kita diisi para pecundang pemburu rente, gagasan ini tak pernah mampir di otak mereka. Seseorang itu datang dalam mimpiku dan berujar: raihlah mimpimu membangun bangsamu dengan rizki yang Tuhan limpahkan padaku. Subhanallah.

*
Lalu, aku terbangun saat lolong anjing bergema jam 02.30. Aku bergegas mengusap wajah dengan air wudu. Tahajudku pendek. Doaku tegas: Ya Allah cabutlah nyawaku. Aku bosan dengan takdirmu. Aku muak hidup lama di Indonesia. Amin.

Sejarah manusia adalah sejarah kerakusan dan perang. Dalam dua aksiologis itu, manusia sangat fokus dalam menyerang musuh-musuh mereka. Cara ini sangat berbeda dari keseluruhan mahluk hidup di dunia yang cenderung lebih mengeksploitasi alam raya secara gradual. Sebagian dari cara menghabisi musuhnya terjelaskan lewat alat-alat yang secara ekslusif dipakai oleh manusia ketika berperang.

Manusia akan mengambil harta rampokan dengan biaya minimum tapi mendapatkan timbal balik yang maksimum serta jangka pendek. Itu semua karena mereka belajar ilmu ekonomi kolonial. Akibatnya, mereka punya teknologi canggih untuk membunuh dan menghindarkannya dari musuh-musuhnya.

Selanjutnya, perang dijadikan dalih bagi pertumbuhan ekonomi. Karenanya, manusia memiliki risiko minimal jika dibandingkan dengan makhluk bumi manapun yang mempertahankan teritori dan sumber-sumber kehidupannya. Saat kekuatan dirinya lemah, manusia membangun tribal (suku, agama dan ras). Saat tribalnya lemah, manusia menggunakan negara. Dengan negara, manusia mengeksploitasi sesamanya demi kegemukan kantong sakunya dan kepastian stabilitas turunannya.

Homo homini lupus yang survival of the fittest. SDM bertambah, SDA terbatas. Inilah asal muasal kerakusan dan perang manusia dan negara yang menjadi filosofi kehidupan predatorik. Negara-negara penjajah di masa lalu dan kini adalah contoh jelas dari hadirnya predatory state. Mereka bisa memangsa negara lain tapi juga senang memangsa warganegaranya sendiri. Hati-hati. Siapa tahu kini kita sedang menghidupinya dengan bayar pajak yang lugu saat pemerintah dengan senyum, mengutilnya setiap saat secara sistemik, masif, buta dan terorganisir.(*)

Yudhie Haryono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini