Ilustrasi oligarki
Ilustrasi oligarki. Foto Johnhain/Pixabay

Di republik kita, apa yang paling dekat? Virus dan kematian. Tiap hari korban terus bertambah adalah bukti nyata betapa maut mengincar kita kapan saja, di mana saja dan siapa saja.

Di republik kita, apa yang paling jauh? Rizki kapital dan pekerjaan. Tiap hari warganegara makin miskin dan jadi pengangguran yang terus bertambah adalah bukti nyata betapa “kepariaan” melabrak kita kapan saja, di mana saja dan mereka yang tak berkuasa.

Di republik kita, apa yang meningkat? Korupsi dan amoralisme. Tiap hari pejabat kita ditangkap dan dijebloskan ke penjara karena KKN adalah bukti nyata betapa amoralisme tertanam jauh dalam sanubari para pejabat negeri ini.

Di republik kita, hujan sering begitu lebat. Hasilkan banjir, hancurkan embun. Pulihkan kering kuncup tanaman. Seperti bunga semboja dan kisah pembrontakan. Seperti proklamasi. I have died everyday waiting for you. Tetapi engkau bisu, tuli dan buta. Sampai kuketik kata: Darling don’t be afraid I have loved you. Agar hujan menjadi ibu banjir bandang demi revolusi mental yang terpental. For a thousand years, aku tak yakin nawacita merealita.

Di republik kita, betapa sulitnya bangsa ini keluar dari perselingkuhan militer, pengusaha dan politisi! 3 aktor perusak bangsa ini sudah lama mengkangkangi kemerdekaan rakyat Indonesia. Wahai rakyatku, ayok kita revolusi kembali. Gantung 3 setan kota itu!

Mau bukti? Data LPS 3 Februari 2020 menyebut bahwa jumlah dana nasabah kaya (55.406 orang) di bank dengan simpanan di atas Rp 15 miliar mencapai Rp 1.770,1T. Yang repot, mereka beraliansi dalam perusahaan besar dan melakukan praktik pat-gulipat. Dalam perusahaan raksasa itu berselingkuhlah pengusaha, militer dan politisi di dewan komisaris dan direksi. Mereka saling melindungi dan gotong nyolong.

Bandingkan dengan pendapatan 110 juta penduduk Indonesia yang gajinya sebesar 13.000/hari. Pendapatan mereka per tahun adalah Rp. 13.000 x 360 X 110 juta= 514,8T. Jadi ada perbandingan 1.770.1T berbanding 514.8T. Ada perbandingan yang sangat diametrikal dan disparitas fundamental.

The opposite of love is not hate, it’s indifference. The opposite of art is not ugliness, it’s indifference. The opposite of faith is not heresy, it’s indifference. And the opposite of life is not death, it’s indifference (Elie Wiesel).

Lalu, apa yang paling riil di republik kita? Tipu-tipu, rasisme, akheratisme, keputusasaan dan feodalisme. Lima hal seperti pancasila.(*)

Cek berita dan artikel Harian Semarang lainnya di Google News

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here