Ilustrasi di tepian waktu di ujung jalan
Ilustrasi di tepian waktu di ujung jalan. Foto Pixabay/ColiN00B

Aku melewati gang sempit. Mencari keluarga yang menitipkan anaknya yang ingin sekolah di pesantren kami. Terus terang, kudapati hidup mereka makin sangat sulit. Mereka dihajar waktu, dicincang gerak krisis ekonomi yang sudah lima tahun dijalani. Harga kebutuhan pokok melambung saat honor dan pendapatan mereka stagnan bahkan turun.

Untuk menyekolahkan anaknya, mereka sudah tak mampu. Itulah mengapa mereka menitipkannya pada kami. Yah. Setelah presiden Joko Widodo berkuasa, jalan hidup rakyat kecil sulit ditebak. Hari kemarin sampai kini banyak kekecewaan dan air mata; rizki yang bumpet, piutang tak berbayar, utang menumpuk dan bisnis yang makin lesu.

Tapi hari esok, siapa tahu Tuhan siapkan, setitik kebahagian yang membuat kami lupa sejenak dengan kejahiliyahan di mana-mana. Menjamur di istana karena berkecambahnya mental kolonial: bukan mental konstitusional.

Kami masih terus berdoa dan berusaha. Di pojok pesantren warisan kakek moyang ini optimisme kami lakukan. Pesantren Nusantara yang bersahaja. Tempat mental pancasila disemai.(*)

Cek berita dan artikel Harian Semarang lainnya di Google News

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here