oleh Wahyu Agung Prihartanto – Praktisi Kepelabuhanan dari Sidoarjo
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dimanifestasikan dalam pemilihan Parlemen dan Presiden setiap lima tahun sekali. Sejak tumbangnya Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto ditandai dengan dimulainya Orde Reformasi. Meskipun setiap perhelatan pemilu Indonesia dilekatkan sebagai paling bebas dan adil, ternyata hingga saat ini Indonesia belum bisa membebaskan diri dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Politik uang, yang di masa orde baru ibarat api dalam sekam, saat ini justru semakin nyata serasa sang api telah membakar sekam itu sendiri. Rakyat diperdaya dengan iming-iming sejumlah uang untuk memilih kandidat presiden tertentu yang diprakarsai oleh oligarki untuk meloloskan kepentingannya. Praktek-praktek semacam ini terus bergulir hingga kini bahkan di waktu yang bersamaan mulai dijalankan kebanyakan calon legislatif yang memiliki jejak digital meragukan.
Segala carut-marut di atas, hal tersebut merupakan bagian dari proses pendewasaan berdemokrasi menuju demokrasi seutuhnya. Indonesia adalah negara demokrasi yang masih muda, karenanya sangatlah normal kalau dalam perkembangannya mengalami sakit dan tumbuh. Optimisme ini perlu dikedepankan untuk terwujudnya stabilitas nasional agar iklim investasi Indonesia segera bertumbuh.
Menuju konstelasi politik akbar tahun 2024, seluruh rakyat Indonesia melakukan wait and see siapa kira-kira tokoh yang mampu menjawab tantangan-tantangan di atas. Beberapa figur hadir silih berganti menghiasi media massa mulai dari sangat tidak dikenal hingga sangat dikenal luas masyarakat. Dan, beberapa minggu terakhir ini muncul figur yang diragukan kemampuannya, meskipun beberapa hari yang lalu menyatakan mundur dari pencalonannya.
Beberapa pimpinan partai politik pun berminat mencalonkan diri, baik yang sedang duduk di pemerintahan maupun di luarpemerintahan. Tokoh-tokoh independen, cerdik cendekia, komponen bangsa di luar kepartaian juga beramai-ramai mendeklarasikan rencana keikutsertaannya. Tidak tercuali figur-figur Provinsi-1, seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dan sang fenomenal Gubernur Anies Baswedan.
Sejauh mana kans Pak Anies Baswedan? Dari sejumlah figur yang populer dalam perbincangan di media sosial, nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih berada di urutan teratas, sementara posisi kedua ditempati Ganjar Pranowo, kemudian disusul Erick Thohir dan Luhut Binsar Panjaitan.
Pak Anies sangat runtut dalam berolah kata, santun dan tidak pernah menanggapi setiap isu sinis yang ditujukan kepadanya. Pak Anies tegak lurus dengan program-program sembari menepis segala serangan dengan bukti.
Namun, apakah keberhasilan yang Pak Anies torehkan di DKI saat ini, pasti sukses ketika sebagai RI-1? Hanya Tuhan yang Maha Mengetahui atassegala yang akan terjadi. Kita, sebagai manusia tentu sebatas memprediksi kira-kira bagaimana problematika bangsa kita cocok dengan gaya yang ditampilkan sebagai Gubernur DKI.
Sebagai orang yang terlahir dan dibesarkan di keluarga Jawa, saya akan mencoba mengulas tipe dan karakter Pak Anies Baswedan dari kacamata 6 karakter satrio piningit.
Batara Kresna menjadi diplomat ulung, sekaligus menjadi ahli strategi yang mumpuni dan selalu mendampingi Pandawa Lima sampai Perang Bharatayuda. Batara Wisnu pun menyatu dengan Batara Kresna dan memberi senjata ampuh. Senjata Cakra yang mampu menghancurkan gunung, Sekar Wijayakusuma yang mampu menyembuhkan orang sekarat, serta Ajian Brahalasewu yang bisa mengubah Kresna menjadi raksasa sebesar gunung anakan.
Dari gambaran tokoh di atas, Pak Anies sebagai diplomat ulung telah dibuktikan hanya dalam waktu 4′ beliau mampu mempengaruhi Sekjen PBB menerima argumentasinya dalam sebuah forum Webinar Internasional.
Sebagai ahli strategi, Pak Anies relatif mampu menuntaskan janji-janji kampanye melalui program-program pembangunan. Beliau juga setia mendampingi kepentingan rakyat kecil yang termaginalkan dengan wawasan kebangsaan didikan dari ayahanda yang Pahlawan Nasional, A.R Baswedan.
Baladewa sering kali digambarkan berkulit putih, khususnya jika dibandingkan dengan saudaranya, yaitu Kresna yang berkulit biru gelap atau bercorak hitam. Senjatanya adalah bajak dan gada. Baladewa memakai pakaian biru dan kalung dari rangkaian bunga hutan. Rambutnya diikat pada jambul dan ia memakai giwang dan gelang. Baladewa digambarkan memiliki fisik yang sangat kuat, dan kenyataannya, bala dalam bahasa Sanskerta berarti “kuat”.
Baladewa seolah bereinkarnasi ke diri Pak Anies melalui kekuatan fisiknya. Pak Anies dengan tubuh kekar dan kuat sekaligus penggemar olahraga Judo. Beliau terkesan tidak memiliki rasa takut sepanjang beliau berjalan pada rel kebenaran dalam mengemban amanah rakyat DKI Jakarta. Beliau dikenal melayani semua pihak, karena dalam semua kebijakan-kebijakannya tidak pernah melihat suku, agama, maupun ras.
Memiliki indra ke-6. Atau yang lebih populer intuisi, sebagai pejabat publik sekaligus adalah politikus meskipun Pak Anies belum memiliki afiliasi partai politik hingga saat ini. Namun, dengan beberapa partai besar ingin meminangnya, hal itu menunjukkan bahwa Pak Anies juga memiliki intuisi politik yang tajam. Setiap merencanakan sesuatu, Pak Anies seperti sudah tahu kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sehingga beliau selalu mempersiapkan diri.
Kemampuanspiritualitas. Jelas, spiritualitas Pak Anies Baswedan tidak diragukan lagi, karena Pak Anies adalah cucu seorang Pahlawan Nasional A.R Baswedan yang nasionalis agamis. Semasa kecil, Pak Anies banyak ditempa ilmu keagamaan oleh Pak A.R Baswedan yang berdarah Arab.
Dalam keseharian, Pak Anies juga dikenal dekat dengan tokoh-tokoh lintas agama, bahkan pada suatu acara Pak Anies sempat menerima keris dari Ki Manteb Sudarsono beberapa waktu sebelum dalang kondang tersebut meninggal dunia.
Seorang yatim piatu. Dalam beberapa kisah, Pak Anies telah yatim sejak belia umasih kecil, dan sejak itu biaya hidup dan sekolah Pak Anies dan saudara-saudaranya dibiayai oleh istri almarhum A.R Baswedan yang seorang guru.
Meskipun menurut sang ibunda, Pak Anies kecil nakal karena suka berantem, tapi untuk urusan sekolah tetap nomor satu. Makanya, hingga saat ini Pak Anies sangat menghormati Ibundanya, sebagai balas budi atasjasa-jasanya menyiapkan Pak Anies seperti saat ini.
Memiliki karakter humoris.Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan banyak menghabiskan jam kerjanya untuk berinteraksi dengan warga ibukota. Berinterkasi dengan warga sembari menikmati menu sederhana di warung kopi, Anies Baswedan kerap membagikan cerita-cerita yang ia dapat dari warga. Tak jarang, pertemuannya dengan warga justru membawa cerita kocak.
Sebagai cahaya penerang. Pak Anies adalah seorang guru, dosen, rektor, bahkan sebelum menjabat Gubernur DKI sempat menjabat sebagai Menteri Pendidikan.
Dengan segudang pengalaman beliau yang sebagian besar sebagai juru penerang bagi murid-murid maupun mahasiswa. Sang penerang semakin bercahaya, ketika beliau sanggup menerangi seluruh seluruh anak-anak negeri yang haus pendidikan serta segenap warga DKI Jakarta.
Selamat berjuang Pak Anies, sekian dan terimakasih.