Halal bi Halal warga Perum Bumi Kalongan Indah Purwodadi Grobogan. Foto Sigit Putranto
Halal bi Halal warga Perum Bumi Kalongan Indah Purwodadi Grobogan. Foto Sigit Putranto

Hariansemarang.id – Warga Perumahan Bumi Kalongan Indah RT 06 RW 05 Kelurahan Kalongan Kecamatan Purwodadi Grobogan menggelar Halal bi Halal, Kamis malam 12 Mei 2022. Halal bi Halal ini mengambil tema ‘Dengan silaturahmi memperkuat kerukunan warga’.

Ketua RW 05, Hendi Wijayanto menyampaikan halal bi halal merupakan tradisi khas dari Indonesia, tidak ditemukan di belahan dunia lainnya. Untuk itu, Hendi mengajak warga untuk terus melestarikan tradisi khas tersebut.

Hendi mengatakan ada nilai dalam halal bi halal, yaitu sikap rendah hati untuk memohon maaf atas semua kesalahan kepada warga lainnya. Halal bi halal mengajarkan untuk bersikap rendah hati, nggak merasa sok lebih baik, sok lebih hebat dari warga yang lain.

“Minta maaf ini terjadi kalau punya kerendahan hati, sadar kita bukan orang sempurna, itu cara mawas diri untuk tak pernah hakimi orang lain, merasa diri kita paling benar, suka menyalahkan orang lain. Kita semua akan damai, kalau mengakui kesalahan kita, bahwa saya tidak lebih baik dari orang lain,” katanya.

Hendi mengatakan nilai dalam halal bi halal mengajarkan supaya kita memaafkan orang lain meski orang yang bersalah itu belum meminta maaf kepada kita.

Nah Hendi berharap, semangat halal bi halal ini bisa makin memperkokoh kerukunan warga Perumahan Bumi Kalongan RT 06. Dia berharap kerukunan ini makin dipraktikkan dalam kehidupan sehari-sehari antarwarga.

“Semoga ini jadi pergerakan kita untuk wujudkan kerukunan itu. Salah satu rukun itu silaturahmi, kita saling mengunjungi
Rangkul sinangkul untuk semua acara, acara bersama, milik kita acara ini. Bergotong royong bersatu hati nyengkuyung,” katanya.

Lebaran luberan leburan laburan

Sedangkan kiai Muhammad Bukhori, dalam tausiahnya mengamini pesan dari Hendi, ayo jangan sampai jadi jiwa angkuh, ngaku kuat ngaku kaya dan sombong.

Halal bi Halal warga Perum Bumi Kalongan Indah Purwodadi Grobogan. Foto Sigit Putranto
Halal bi Halal warga Perum Bumi Kalongan Indah Purwodadi Grobogan. Foto Sigit Putranto

Dalam tausiah halal bi halal ini, kiai Muhammad Bukhori mengatakan setelah puasa, ada ungkapan yaitu Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.

Lebaran sudah menjadi istilah yang lazim untuk menamakan momen setelah sebulan menjalankan ibadah puasa. Sedangkan luberan, semua pihak mendapatkan berkah Rizki dari Allah. Gimana enggak saat puasa sampai Lebaran, berbagai keperluan dibelanjakan oleh masyarakat.

“Apa saja semuanya laris,” katanya.

Nah soal istilah Leburan, artinya ada tradisi anak kecil sampai orang tua mengakui semua dosa-dosanya.

“Jadi ada tradisi kupat, ngaku lepat, ngaku semua kesalahan. Ada juga kan (makanan) Lepet, itu nilainya ditutup dengan rapat (dosa dan kesalahan) nggak usah dibuka lagi. Semua dosa dilebur,” katanya.

Selanjutnya ada istilah laburan. Kiai Muhammad Bukhori mengatakan, dulu ada tradisi kalau jelang Lebaran itu ada perayaan laburan. Maksudnya masyarakat saling mengecat rumah dengan labur. Apa maknanya sih.

“Kalau laburan, dulu itu dibelikan gamping. Dibuat ngecat atau labur rumahnya, ada pelajaran kita semua telah melaksanakan kewajiban, dosa sudah dilebur sama labur dengan serba putih, nggak ada dosa lagi,” ujarnya.

Cek berita dan artikel Harian Semarang lainnya di Google News

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here