Pancasila di Museum Juang 45. Foto istock
Pancasila di Museum Juang 45. Foto istock

Oleh Ahmad Rizqinal MubarokKetua Umum Dewan Pengurus Wilayah Garda NKRI Jawa Tengah

Pancasila merupakan filsafat kenegaraan yang menjadi pedoman jalan hidup yang tercermin dalam pola pikir, pola sikap maupun tingkah laku masyarakat Negara Bangsa Indonesia. Komitmen itu ditegaskan pula dalam Pembukaan UUD 1945 dan penetapan 1 juni sebagai hari lahir pancasila melalui Kepres Nomor 24 Tahun 2016.

Sejarah penetapan 1 juni sebagai hari lahir pancasila bermula ketika pada rapat Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mengadakan sidang pertama dari 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Kala Bung Karno menyampaikan pidatonya dengan sangat cermat dan lihai menerangkan berbagai butir Pancasila, dan sebab Bung karno yang pertama kali mengenalkan kata Pancasila sehingga di tetapkan sebagai hari lahir pancasila.

Bung Karno merumuskan dasar negara dengan sebutan Pancasila tentunya bukan tanpa sebab. Kemajemukan masyarakat mulai dari suku, ras, budaya, bahasa, agama, golongan dan keanekaragaman lainnya. Sehingga dipandang perlu untuk membentuk dasar negara yang bisa mempersatukan semua perbedaan itu, kemudian lahirlah Pancasila yang sampai saat ini masih menjadi warisan dari para pendiri bangsa.

Akhir-akhir ini sering kita dengar kata multikulturalisme, sebenarnya apa yang dimaksud dengan multikulturalisme itu. Multikulturalisme dapat dipahami sebagai seperangkat idea atau gagasan yang menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di dalam masyarakat, perbedaan budaya tersebut perlu diakui dan dihormati, bukan hanya perbedaan antar-budaya (inter-cultural difference), tetapi juga dalam satu budaya (intra-cultural differences).

Multikulturalisme adalah sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia. Sepanjang sejarahnya, bangsa Indonesia berdiri kokoh karena ditopang oleh berbagai perbedaan. Dengan demikian, perbedaan-perbedaan yang ada (suku, ras, budaya, bahasa, agama, golongan) atau keanekaragaman lainnya menjadi tugas bangsa Indonesia untuk menjaga, dan melestarikan segala perbedaan tersebut.

Menurut sensus BPS tahun 2010 Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa, 17.491 pulau, 1.211 bahasa, dan 6 agama. Kemajemukan bangsa Indonesia adalah suatu karunia tuhan yang harus senantiasa kita syukuri, Perbedaan tidak seharusnya menjadikan kita saling menegasikan satu sama lain sehingga lahir dikotomi yang berakibat pada konflik dan ketidak harmonisan bangsa Indonesia, melainkan perbedaan itu hadir untuk menopang satu sama lain menuju masyarakat bangsa Indonesia yang adil dan makmur.

Namun, dalam kenyataannya, perbedaan justru masih menjadi sumber konflik. Di beberapa tempat di Indonesia konflik masih tetap terjadi, terutama apabila berhadapan dengan kepentingan yang saling bertolak belakang antara satu kultur dengan kultur yang lain. Tidak terlepas di wilayah Jawa Tengah, sampai saat ini masih sering terjadi konflik yang berlatar perbedaan budaya, golongan maupun yang paling sering terjadi adalah konflik intoleran agama.

Sehingga dipandang perlu, Pancasila wajib dipahami setiap Warga Negara Indonesia terutama warga Jawa Tengah. Pasalnya, Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia dan juga merupakan dasar negara. Semua hukum yang berlaku di Indonesia, bersumber dari Pancasila. Eksistensi Pancasila merupakan bagian penting bagi bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena Pancasila menjadi satu-satunya landasan paling utama bagi kehidupan kenegaraan masyarakat bangsa Indonesia untuk menjalankan kehidupan bernegara.

Didalam buku Yudi Latif, sejarah menjadi saksi ketika pada tahun 1945, 7 Kata dalam pancasila yang digagas oleh golongan Islam dihapuskan demi komitmen bersama untuk kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan kenegaraan Indonesia, Kasman berupaya meyakinkan golongan Islam, termasuk Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa persatuan lebih penting. Sehingga akhirnya tercapailah mufakat untuk menghapus 7 kata dalam Piagam Jakarta dan menggantinya jadi berbunyi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa, memiliki peran yang sangat vital dalam upaya membangun keutuhan serta menjaga karakteristik bangsa ini. Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya. Bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, bangsa yang menghargai perbedaan dan bangsa yang bermoral keadaban. Namun, itu semua tidak akan terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dan kerjasama yang sinergis antara pemerintah pemuda maupun rakyat.

Untuk itu kami dari pengurus wilayah Garda NKRI Jawa Tengah berencana untuk mengadakan Talkshow Kebangsaan. Yang akan kita selenggarakan bertepatan dengan hari lahir Pancasila, yaitu pada tanggal 1 Juni 2022. Mengingat dipandang perlu untuk memberikan edukasi terhadap kaum milenial berkaitan dengan pentingnya memahami dan memahamkan Pancasila untuk menciptakan keharmonisan dalam bernegara di wilayah Jawa Tengah.

Di dalam kegiatan tersebut akan turut kita undang beberapa pemateri yang diharapkan dapat menyajikan point untuk menunjukan langkah “Preventif” dalam arti tidak menghilangkan sepenuhnya persoalan multikulturalisme, akan tetapi meminimalisir persoalan tersebut. Kami pandang perlu memberikan edukasi bahwasanya multikulturalisme merupakan salah satu etika politik. Supaya muncul pemahaman bersama, bahwasannya dalam perjuangan politik yang selalu menjadi semangat berjuang bersama adalah usaha untuk menjadikan multikulturalisme sebagai sebuah kekayaan bangsa Indonesia, dan mengembalikan pendidikan berbasis multikulturalisme di sekolahan-sekolahan dasar, pertama dan menengah atas  di seluruh wilayah Indonesia.

Cek berita dan artikel Harian Semarang lainnya di Google News

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here