Hariansemarang.id – Presiden Jokowi mengundang pejabat TNI dan Polri di IKN Nusantara, Kalimantan Timur pada Kamis (13/09/2024). Dalam pertemuan tersebut, RI 1 itu menekankan betul agar semangat transformasi di IKN Nusantara ini bisa menjadi inspirasi para pejabat TNI Polri di daerahnya masing-masing.
Selain itu, RI 1 juga menyinggung soal tukang gorengan dan pastikan TNI Polri jadi rumah bagi keluh kesah perempuan dan anak. Berikut ini selengkapnya pengarahan RI 1 ke pejabat TNI dan Polri.
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati, Presiden terpilih Republik Indonesia tahun 2024 – 2029, dan sekaligus Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Bapak Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto;
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju yang tidak bisa saya sebut satu per satu, Panglima TNI, Kapolri, Kepala Staf Angkatan, Pak KSAD, KSAL, dan KSAU, para Pejabat TNI dan Polri dari seluruh tanah air Indonesia;
Bapak-Ibu, Hadirin, dan Undangan yang berbahagia.
Saya melihat yang hadir di sini wajahnya cerah semuanya. Selamat datang di Ibu Kota Negara Nusantara.
Tiga minggu yang lalu, Panglima TNI dan Kapolri menyampaikan “Pak, kami ingin mengumpulkan Pangdam, Kapolda, Danrem, Dandim dan Kapolres dari seluruh tanah air”. Saya sampaikan, saya tanya “Di Jakarta”?. (Jawab oleh Panglima dan Kapolri) “Ndak Pak, di IKN”. (Jawab Presiden RI) “Kenapa harus di IKN?”. (Jawab oleh Panglima dan Kapolri) “Banyak yang belum tahu, Pak, IKN, hanya lihat di TV, lihat di youtube, lihat di video tetapi ingin lihat aslinya seperti apa”.
Sebentar, IKN ini belum jadi, masih dalam proses pembangunan, mungkin bisa memakan waktu 10 tahun, 15 tahun, dan bahkan 20 tahun. Meskipun saya meyakini Bapak Presiden terpilih pernah menyampaikan kepada saya, “akan saya percepat, Pak”.
Bapak-Ibu,
Kenapa saya mengajak untuk pertemuannya di IKN? Yang pertama, memang saya ingin Saudara-saudara semuanya melihat IKN, melihat progres kota masa depan itu seperti apa, melihat semangat transformasi itu seperti apa. Agar apa? Agar semangat transformasi yang ada itu bisa Bapak-Ibu bawa pulang ke daerah, ke wilayah untuk dikembangkan di daerah masing-masing. Baik karena di sini gedungnya green building, di sini transportasinya harus transportasi hijau, pemakaian listrik yang kita ada sekarang ini juga dari energi hijau. Itulah masa depan dunia, dunia semuanya menuju kesana semuanya. Dan, kita ingin juga menuju kesana tetapi mendahului dari yang lain.
Dan, kita tahu setiap pemimpin pasti memiliki cita-cita, pasti memiliki visi, pasti memiliki mimpi besar yang ingin di raih. Misalnya, mewujudkan pembangunan Indonesia-sentris dalam rangka pemerataan dan keadilan, bukan hanya Jawa-sentris tetapi juga Indonesia-sentris. Kemudian, juga mewujudkan Indonesia Emas di 2045, 20 tahun yang akan datang target kita, kita sudah mencapai GDP (Gross Domestic Product) lebih dari US$23.000 GDP per kapita, US$23.000. Untuk apa? Mewujudkan Indonesia Emas 2045 untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa. Dan, di mana untuk menggapai itu tidak jarang kita mempertaruhkan banyak hal karena keputusan-keputusan apapun itu pasti ada risiko, pasti ada tantangan.
Dan, Bapak-Ibu sebagai pemimpin sesuai dengan tugas dan wewenangannya, sesuai dengan jenjang kepemimpinan di TNI dan Polri dalam lingkup baik kabupaten, kota, provinsi, maupun nasional, harus berani memutuskan, berani mengambil langkah, baik langkah kecil, langkah besar maupun langkah sedang semuanya harus berani untuk hal-hal yang berdampak besar bagi negara kita. Mulai dari kabupaten, kota, provinsi, naik ke atas menjadi sebuah agregat nasional.
Dan, juga perlu saya sampaikan kepindahan IKN. Ibu Kota Nusantara ini bukan sekedar pindah gedung, bukan sekedar pindah Istana, bukan sekedar pindah lokasi atau berubah tempat kerja, bukan itu. Tetapi, yang kita inginkan, keinginan besar kita adalah ada perubahannya pola pikir kita, mindset kita, ada perubahan pola kerja kita, ada perubahan budaya kerja kita, yang kita inginkan itu dari yang tidak efisien menjadi efisien. Jadi, dari yang mutar-mutar menjadi cepat, ada target waktu. Dari yang berbelit-belit menjadi simpel dan sederhana, karena sudah sering saya sampaikan ke depan negara yang cepat akan mengalahkan yang lambat, bukan negara besar mengalahkan negara kecil, ndak, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat.
Untuk apa tadi perubahan pola pikir, perubahan pola kerja, perubahan budaya kerja? Untuk membentuk karakter, kepribadian Indonesia Maju. Untuk membentuk mental bangsa yang maju. Kalau kita enggak mengarah kesana, sulit kita bersaing dengan negara-negara lain.
Semangat ini yang saya harapkan bisa Saudara-saudara bawa sekembalinya dari IKN Nusantara. Semangat perbaiki tata kelola, semangat memperbaiki manajemen birokrasi baik yang ada di TNI maupun yang ada di Polri agar TNI dan Polri semakin profesional. Sehingga, rakyat makin merasa terlindungi, sehingga rakyat semakin merasa di ayomi, sehingga apapun status sosialnya baik itu pejabat, baik itu pengusaha, baik itu tukang gorengan, baik itu supir, semuanya merasa di beri prioritas oleh kerja-kerja kita. Itu yang harus selalu Saudara-saudara briefing kepada anak buah agar ada perubahan-perubahan besar dari cara-cara melayani, tata kelola, manajemen, yang ada di lingkup Saudara-saudara.
Semangat untuk memperbaiki citra diri, semangat untuk memperbaiki citra institusi agar TNI dan Polri semakin dicintai dan di percaya oleh rakyat. Meskipun sekarang ini memang rankingnya sudah tinggi tetapi kalau kita perbaiki terus itu akan bisa naik lagi. Karena seragam yang Saudara kenakan itu dampaknya sangat besar sekali, jika melakukan hal yang baik, jika melakukan hal yang baik Saudara-saudara semuanya akan dicintai dan dihormati oleh rakyat.
Saya berikan contoh, ini hal-hal yang kecil tetapi menjadi hal-hal yang humanis. Polisi ambil rapot anak yatim, ini Bandung. TNI membantu motor mogok seorang Ibu di Pontianak. Ini hal-hal seperti ini, hal-hal yang humanis, humanis. Polisi membekuk oknum bersenjata, di Jakarta. Ini sekali lagi hal-hal yang humanis di mana masyarakat merasa di ayomi dan dilindungi. Dan kalau sudah ada yang ngambil, klik, naik, ini akan menjadi hal-hal kalau ini tadi yang saya berikan contoh 3 hal tadi, semakin banyak itu dinaikkan akan semakin baik bagi citra institusi dan kepercayaan terhadap institusi.
Tetapi sebaliknya, jika Saudara-saudara hal yang dinilai buruk maka dampak negatifnya juga akan besar, hati-hati mengenai ini. Tidak hanya ketahuan atau terlibat judi online, ada yang terlibat penganiayaan, ada yang terlibat narkoba, terlibat pelecehan. Ini akibatnya terhadap institusi juga akan, kepercayaan akan turun. Karena apa? Ya sekarang ini zaman keterbukaan, kita semua harus sadar, sekarang ini ada zaman keterbukaan. Hal-hal yang Saudara anggap itu sepele, itu kecil bisa menjadi sesuatu yang sangat besar, bisa menjadi sesuatu yang menganggu stabilitas bila kita salah mengelola. Sehingga, saya minta hati-hati betul mengenai soal-soal seperti yang tadi saya sampaikan karena negara kita, karena Indonesia butuh stabilitas untuk tetap tumbuh.
Perlu kita tahu semuanya, negara-negara lain sekarang ini pada posisi yang masih sangat besar sekali, struggle, berjuang untuk bisa keluar dari krisis ekonomi. Satu-satu sudah mulai masuk pada posisi dampak dari covid-19 itu sampai sekarang belum berhenti terhadap Growth (Pertumbuhan), terhadap inflasi, terhadap pengangguran, terhadap lapangan kerja, dampaknya sampai sekarang di negara lain masih berdampak dan dirasakan langsung oleh rakyat, betapa sangat beratnya.
Saudara-saudara bisa buka di Google, kondisi sekarang di Eropa seperti apa, di Amerika seperti apa, kondisi di beberapa negara di Afrika seperti apa, tidak mudah. 96 negara masuk menjadi pasiennya IMF (International Monetary Fund).
Sekali lagi, negara kita butuh stabilitas untuk tumbuh, butuh stabilitas untuk melakukan pembangunan. Enggak mungkin negara yang berkonflik bisa membangun, enggak mungkin. Coba saja lihat di negara-negara timur tengah yang konflik, sudah berapa tahun mereka berkonflik, apa bisa membangun? Ndak mungkin bisa, enggak mungkin tumbuh dan enggak mungkin bisa membangun.
Di mana untuk menjaga stabilitas itu butuh TNI dan Polri yang profesional, butuh TNI dan Polri yang di percaya oleh rakyat. Sekali lagi, di tengah dunia yang sedang tidak baik-baik saja, rivalitas, geopolitik yang memanas, perang dagang, perlombaan senjata, menambah ketidakpastian dunia dan membuat tantangan-tantangan saat ini menjadi sangat kompleks, sulit diselesaikan dalam lingkup global. Juga, sangat sulit dikalkulasi, kalau keadaan enggak normal seperti sekarang ini, keadaan global seperti sekarang ini sulit di kalkulasi, sulit di hitung.
Mau ngitung kurs dolar ke rupiah sulit, mau berhitung harga minyak tahun depan berapa dan tahun ini berapa sangat sulit kalkulasinya, enggak kayak keadaan normal itu kalkulasinya selalu hampir tepat meskipun tidak tepat tetapi hampir tepat itu sekarang ini penuh dengan ketidakpastian sehingga kalkulasinya sangat sulit.
Dan, saat ini negara kita berada dalam fase yang sangat penting. Supaya kita sadar semuanya Oktober bulan depan itu ada pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Satu bulan lebih sedikit akan ada pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih. November akan ada pemilihan serentak, Pilkada serentak kepala daerah, baik itu Gubernur, Bupati dan Wali Kota. Sehingga, saya minta TNI dan Polri harus betul-betul menjaga stabilitas yang sudah terjaga sampai saat ini. Hal-hal yang kecil-kecil segera selesaikan jangan menjadi sebuah persoalan yang membesar. Segera, segera, secepatnya.
Sekali lagi, sehingga saya minta TNI dan Polri harus menjaga betul stabilitas, mendukung penuh transisi pemerintahan agar mulus. Pemerintahan yang saya pimpin akan dilanjutkan oleh pemerintahan baru yang di pimpin oleh Bapak Jenderal TNI Purnawirawan Prabowo Subianto. Pastikan proses transisi ini berjalan dengan baik dan lancar, jangan sampai ada riak-riak yang berpotensi menganggu. Juga, dukung penuh penyelenggaraan Pilkada. Jaga netralitas, jaga situasi agar tetap kondusif.
Terakhir, saya ingin mengingatkan kembali terkait dengan kekerasan kepada perempuan dan anak. Saya minta TNI dan Polri bisa menjadi institusi yang pertama. Sekali lagi, saya minta TNI dan Polri bisa menjadi institusi yang pertama bagi perempuan dan anak dalam mencari perlindungan. Di dalam pikiran para perempuan dan anak mikirnya kalau minta perlindungan itu di sini (di pikiran) TNI dan Polri baik dari KDRT, dari kekerasan seksual, dari kekerasan fisik, dari bully-bully-an, dari penganiayaan. Oleh sebab itu, berdayakan yang namanya Babinsa, berdayakan yang namanya Bhabinkamtibmas sebagai ujung tombak dalam pertolongan pertama.
Sebelum menutup, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi kerja keras Saudara-saudara selama ini. Pencapaian bangsa kita sampai saat ini tentu tidak lepas dari peran, dari kerja keras seluruh TNI dan Polri, seluruh anggota TNI dan Polri.
Dan, saya berharap TNI dan Polri ke depan bisa terus mempertahankan kekompakannya, mempertahankan generditas-nya dalam menjaga dan melindungi negara kita Indonesia.
Dan, saya mohon maaf jika dalam 10 tahun ini selama memimpin ada hal yang di rasa kurang berkenan, ada hal-hal yang di rasa belum maksimal baik dalam kebijakan maupun dalam kita berinteraksi, karena saya kalau ke daerah itu pasti ketemu Kapolres, pasti ketemu Dandim, pasti ketemu Danrem, pasti ketemu Pangdam, pasti ketemu Kapolda, kadang-kadang ada yang saya salami, ada yang enggak saya salami, ada yang luput enggak salaman, “waduh masa saya enggak disalami sama Presiden padahal saya Pangdam”. Saya kan enggak hafal Pangdam-nya yang mana, Kapolda yang mana kalau enggak ngenalin, Polres-nya yang mana, Dandim-nya yang mana, Danrem-nya yang mana. Tetapi, kalau luput saya bisa masalah. “Wah, Presiden enggak mau nyalamin saya”.
Sekali lagi, saya mohon maaf jika 10 tahun selama memimpin ada hal-hal yang kurang berkenan, ada hal yang belum maksimal dan belum baik, baik dalam kebijakan maupun dalam berinteraksi.
Dan, mumpun masih berada di IKN setelah kegiatan nanti kita akan foto bersama tetapi nanti Saudara-saudara juga akan saya ajak keliling. Saya tahu enggak mungkin kalau di TNI dan Polri kan enggak mungkin ada yang satu – dua tahu-tahu ke Sumbu Kebangsaan sendiri, tetapi pengin, tetapi enggak berani kesana, nanti saya ajak. Dan, saya izinkan Bapak-Ibu untuk berkeliling sendiri untuk melihat.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.
Terima kasih. Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.