Dr Teguh Yuwono, M.Pol.Admin pakar politik Undip saat diwawancarai usai Media Gathering di MG Setos Semarang, Jumat (30/12/2016).

Semarang, Harianjateng.com – Pemilu yang kerap di kenal sebagai pesta demokrasi sudah menjadi agenda rutin setiap negara. Di Indonesia saat ini lebih akrab dengan Pemilu serentak untuk setiap Kabupaten/Kota, untuk Jawa Tengah akan berlangsung pada 15 Februari 2017 mendatang dengan 7 Kabupaten/Kota yang mengiku pesta demokrasi tersebut.

 

Ketujuh daerah tersebut yang menggelar Pilkada serentak 2017 yaitu Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Batang, Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara dan Kota Salatiga.

 

Ada keunikan tersendiri antara pemilu di Indonesia Pilpres setiap lima tahun sekali dan Amerika yang kemarin memiliki presiden terpilih Donald Trump. Perbedaan pemilu di Indonesia dan Amerika diungkapkan oleh Dr Teguh Yuwono, M.Pol.Admin, pakar politik dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip Semarang pada saat menjadi pemateri Media Gethering oleh Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) Jateng di MG Setos Semarang, Jum’at (30/12/2016) pagi.

 

Menurut Direktur LPPD Jateng itu, pemilu di Indonesia seprti yang kita ketahui sekarang, KPU sebagai penyelenggara, Bawaslu sebagai pengawas, DKPP sebagai dewan kehormatan. Berbeda di Amerika dimana KPUnya adaah lembaga pemerintah langsung , bagian sekretaris negara. kalau di Indonesia seperti Sekneg/Sekda untuk daerah. Semua calon yang berkompetisi mendaftar ke instansi tersebut. Yang lebih unik lagi semua orang baik dari jalur partai maupun independen boleh mendaftarkan diri.

 

 

“Di Indonesia itu seperti yang kita ketahui sekarang, ada lembaga tersendiri untuk peaksanaan pemilu, ada KPU selaku penyelenggara. Bawaslu selaku pengawas, DKPP dewan kehormatannya. Di Amerika langsung di bawah instansi pemerintah seperti Sekretaris Negara atau Sekretaris Daerah. Jadi semua bisa nyalon, baik dari jalur partai maupun independen,” beber Teguh yang juga Tenaga Ahli Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) RI tersebut.

 

Selain dari lembaga pelaksanaan, ada juga perbedaan pada pemilih dan calon Presiden atau Kepala Daerah. Pemilih di Amerika ada mekanisme pemilih pemula, dimana pemilih bisa memilih lebih awal sebelum masa pelaksanaan pemungutan suara. Hal itu terjadi dengan beberapa pertimbangan dan alasan pemilih itu sendiri, pemerintah selaku pelaksan juga memberian fasilitas tersebut berupa scan data pemilih pemula tersebut.

 

“Pemilih di Amerika bisa memilih lebih awal sebelum pelaksanaan pemungutan suara dengan beberapa alasan dan pertimbangan. Contoh kawan saya penduduk Amerika pada saat pemungutan suara ia tidak bisa nyoblos, karena pada saat itu ia ngajar di Eropa, jadi bisa memilih dulu. Setelah ia memilih data dirinya akan discan untuk perhitungan dan rekapitulasi secara keseluruhan,”beber Teguh yang juga Ketua I APSIPI tersebut.

 

Teguh menambahkan, calon Presiden Amerika yang seperti kita ketahui kemarin ada dua Hilary Clinton dan Donald Trump, sebenarnya calonnya ada 7 secara keseluruhan. Karena yang di ketuhui publik hanya dua, itu karena popularits, bantuan, dan dukungan daru masyarakat dan media yang kuat, sehingga yang mucul hanya du orang. Untuk pemenangnya bukan di tentukan daru jumlah suara terbanyak, melainkan jumlah vote dari negara bagian. Hampir sama dengan suara politik di Indonesia yang kuncinya ada di pulau Jawa.

 

“Sebenarnya caon Presiden Amerika itu ada 7, karena yang kuat dan populer hanya dua yang muncul dan diketahui Cuma itu. Semua bergantung pengaruh dan dukungannya yang kuat dari berbagai elemen masyarakat hingga media. Kalau di Indonesia sudah jelas pemetaan suaranya. Yang bisa menguasai Pulau Jawa itu yang menang,” katanya.(Red-HJ99/Ovan).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini